7 Faktor yang Menjadi Tantangan Implementasi Kendaraan Listrik di Indonesia

Jakarta – Era kendaraan listrik di Indonesia sudah di depan mata. Sejumlah pabrikan otomotif mulai berani memasarkan kendaraan listrik, baik itu yang menggunakan teknologi hybrid, Plug-in Hybrid, hingga listrik murni.
Kendaraan listrik merupakan sesuatu yang baru tidak hanya di Indonesia tapi juga negara lain. Kehadiran kendaraan listrik pun bukan tanpa tantangan.
Menurut Hari Setiapraja, Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), setidaknya ada tujuh faktor yang akan menjadi tantangan untuk implementasi kendaraan listrik kedepan.
Kecukupan Suplai Listrik
Saat ini Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah mulai berkomitmen untuk menyuplai kebutuhan listrik untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).
“Dengan kapasitas volume tertentu suplai untuk kendaraan listik dipastikan akan cukup,” ungkap Hari dalam webinar yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Otomotif (Forwot) dan Forum Wartawan Industri (Forwin), Kamis (26/11/2020).

Ketersedian Charging Station
Layaknya mobil bermesin konvensional yang mengandalkan SPBU untuk mengisi bahan bakar, kendaraan listrik pun demikian. Tetapi bedanya bukan bahan bakar minyak yang dibutuhkan melainkan aliran listrik.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan kendaraan listrik di dalam negeri diperlukan infrastruktur khusus seperti SPKLU dan SPLU yang merata di banyak wilayah.
“Paling utama adalah ketersediaan dari charging station di Indonesia. Sebab alat ini yang sangat vital. Tanpa adanya charging station yang memadai, nampaknya akan sulit mengimplementasikan kendaraan listik secara menyeluruh,” papar Hari.
Teknologi Baterai, Fast Charging dan Tahan Lama
Tidak cuma charging station, tantangan lain yang tak kalah penting dan harus siap dihadapi adalah soal baterai. Menurut Hari, bagaimana menghadirkan baterai yang memiliki power tinggi, fast charging dan tahan lama.
“Ini akan sangat berpengaruh terhadap operasional daripada kendaraan listrik,” terang dia.

Regulasi Teknis dan Keuangan
Regulasi teknis terkait dengan layak jalan, keamanan, dan sebagainya. Keuangan perlu dipikirkan, karena mau tidak mau dengan teknologi sekarang ini harga kendaraan listrik itu bisa mungkin bisa dua kali lipat dari kendaraan konvensional biasa. Sehingga dibutuhkan semacam insentif khusus bagi kendaraan listrik supaya harga jualnya lebih terjangkau.
“Kalau misalkan hanya dijanjikan CO2 rendah atau efisiensi energi mungkin masih sebanding dengan kendaraan konvensional. Itu kurang menarik juga, kecuali ada insentif khusus jika memakai kendaraan listrik,” tambahnya.
Pengolahan Limbah Baterai
Satu hal yang patut diperhitungkan yaitu terkait limbah baterai bekas kendaraan listrik. Nantinya akan seperti apa pengelolahanya dan sistem daur ulangnya. Sebagaian komponen yang ada di baterai tidak bisa didaur ulang. Sehingga masih akan ada limbah yang dihasilkan.

Industri Komponen
Sehubungan dengan adanya komponen baterai yang tidak bisa didaur ulang, tidak menutup kemungkinan membuka peluang munculnya industri komponen baru. Salah satu tugasnya mengolah limbah dari baterai bekas.
Keberlanjutan Ekosistem Kendaraan Listrik
Tantangan lainnya seperti dijelaskan Hari yaitu mempertahankan suatu ekosistem kendaraan listrik, seperti halnya ekosistem kendaraan konvensional. Sehingga kendaraan listrik bisa berkelanjutan penggunaannya.
Penulis: Santo Sirait
Editor: Dimas
Baca Juga: Dukung Pariwisata, Mobil Listrik Toyota Akan Berkeliaran di Bali