Berbagai Kekurangan Mitsubishi Pajero Sport Tak Menyurutkan Pembeli

Jakarta – Mitsubishi Pajero Sport merupakan salah satu SUV yang cukup laris di Indonesia. Mobil berkapasitas 7 penumpang ini kerap dibeli oleh kalangan berduit karena dianggap memiliki beberapa kelebihan. Mulai dari tampilannya yang menawan, interior yang dianggap oke, dan fitur yang ada pada mobil ini juga dianggap cukup layak.
Sebenarnya, ada beberapa kekurangan Mitsubishi Pajero Sport yang jarang diketahui. Kekurangan Mitsubishi Pajero Sport ini bisa dibilang minor, tetapi kerap dikeluhkan. Bagi kamu yang ingin membeli Mitsubishi Pajero Sport, rasanya kamu boleh nih membaca beberapa kekurangan SUV yang ada di Indonesia sejak 2009 ini. Kira-kira apa saja ya kekurangan Mitsubishi Pajero Sport ini? Bisa menebaknya?
Isi Konten
Sejarah Mitsubishi Pajero Sport
Sebelum membahas kekurangannya, rasanya kamu perlu tahu sedikit cerita sejarah tentang mobil yang satu ini. Mobil ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1996 di Jepang dan mulai di ekspor ke beberapa negara pada 1997. Di berbagai negara, mobil ini punya banyak nama. Seperti Mitsubishi Montero, Pajero Sport, Nativa, Shogun Sport dan G-Wagon. Pada generasi pertama, mobil ini diproduksi sejak 1996 hingga 2008.
Sedangkan generasi kedua dimulai pada tahun 2008 hingga 2015 silam. Model generasi kedua inilah yang juga menjadi salah satu cikal bakal keberhasilannya di Indonesia. Mitsubishi Pajero Sport tipe ini pertama kali dijual di Indonesia pada tahun 2009. Dan, masyarakat Indonesia pun langsung tersihir. Tak heran jika penjualannya sangat melonjak dan membawa Mitsubishi menjadi semakin digemari di Indonesia.
Generasi kedua Pajero Sport ini dibuat sepenuhnya di Thailand dengan beberapa tipe mesin. Mesin yang ditawarkan terdiri dari 2.500 cc, dan V6 3.000 cc. Melihat kesuksesan tersebut, Mitsubishi pun mencoba untuk memberikan penyegaran pada Pajero Sport ini. Hasilnya, di tahun 2015 generasi ketiganya diluncurkan di Thailand. Generasi ketiga ini baru masuk ke Indonesia pada Januari 2016 yang masih dirakit di Thailand.
Kesuksesan ini seolah tak ingin sirna dari tubuh Pajero Sport, karena penjualannya cukup tinggi. Mitsubishi pun memutuskan untuk melakukan produksi di Indonesia, tepatnya di pabrik Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada April 2017. Hal tersebut bertujuan agar konsumen Indonesia tak perlu waktu lama untuk mendapatkan unit pesanannya. Generasi ketiga ini juga yang hingga saat ini masih sering kita lihat beredar di jalanan.
Untuk mesin, di generasi ketiga ini ada dua mesin yang ditawarkan. Mesin bensin 2.400 cc, turbo 4N15 dan 2.500 cc, turbo 4D56. Mesin Pajero dikenal memiliki performa yang cukup oke. Tak heran banyak orang yang merasa senang mengendarai mobil bertubuh bongsor satu ini.
Kekurangan Mitsubishi Pajero Sport
Karena mobil ini menjadi salah satu SUV terlaris di Indonesia, tak heran jika mudah menemuinya di jalanan. Walaupun banyak orang suka dengan mobil ini, sebenarnya ada juga beberapa kekurangan yang ada pada mobil ini. Rasanya hal itu wajar saja, karena setiap mobil pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tak ada mobil yang benar-benar sempurna.
Desain Lampu Belakang Aneh
Pada saat kemunculan Mitsubishi Pajero Sport generasi terbaru, banyak orang yang menilai kalau lampu belakangnya ini jelek. Lampu belakang yang sudah pakai LED ini dinilai punya desain yang aneh. Karena memanjang dari atas ke bawah dan lumayan keliatan panjang. Ada juga nih yang ngebuat meme kalau lampu belakang Mitsubishi Pajero Sport ini keliatan kaya orang yang lagi nangis.
Lampu bagian atasnya kotak, dan menjulur hingga ke bagian bawah. Pada saat awal kemunculannya sih lampu ini dinilai lumayan kontroversial. Yaa wajar deh, karena ini adalah model paling baru atau all new jadi butuh adaptasi buat melihat lampu model baru begini.
Harga Mahal
Sebagai sebuah SUV, Mitsubishi Pajero Sport ini punya harga yang mahal di Indonesia. Sebagai gambaran aja nih, Pajero Sport varian termurah yang dijual di Indonesia adalah tipe Exceed 4×2 MT. Varian ini dijual dengan harga Rp491,5 jutaan. Naik di atasnya ada varian Exceed 4×2 AT dengan harga Rp506,5 jutaan. Selanjutnya ada GLX 4×4 MT dengan harga Rp548,5 jutaan dan Dakar 4×2 AT seharga Rp549,5 jutaan.
Di atasnya lagi masih ada tipe Dakar Ultimate 4×2 AT seharga Rp593,5 jutaan. Sedangkan varian tertinggi dan termahal dari Pajero Sport ada pada varian Dakar 4×4 AT yang dijual seharga Rp702 jutaan. Berdasarkan website resmi Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) masih ada lagi varian Pajero Sport yang ditawarkan. Yakni Pajero Sport Black Edition yang dijual seharga Rp572,5 jutaan.
Seluruh harga yang sudah disebutkan di atas ini merupakan harga yang tertera untuk wilayah DKI Jakarta. Harga tersebut tentunya akan berbeda-beda antar wilayah dan propinsi yang ada di Indonesia.
Untuk mobil SUV seharga ini, kami merasa jika Pajero Sport memiliki harga yang cukup mahal. Maka dari itu, banyak orang yang lebih berminat membelinya secara bekas karena harganya sudah lebih turun.
Harga Spare Part Mahal
Jangan sampai kamu bisa dan sanggup membeli mobil tetapi tidak bisa merawatnya. Kata-kata ini juga wajib ditanyakan ketika kamu ingin meminang sebuah Mitsubishi Pajero Sport di garasi rumahmu. Harga suku cadang atau spare part Pajero Sport bisa dibilang cukup mahal.
Harga spare part ini bagi sebagian orang masih dirasa cukup mahal. Sebagai gambaran saja nih, paket servis dari Mitsubishi Xpander di bengkel resmi dimulai dari Rp1,4 jutaan.
Tentunya biaya servis dan penggantian spare part dari Mitsubishi Pajero Sport ini akan lebih mahal ketimbang Xpander. Selain spare part yang mahal, pajak tahunan dari mobil ini juga cukup mahal. Makanya banyak orang yang tak sanggup memelihara mobil yang satu ini. Berdasarkan penelusuran, pajak tahunan mobil ini berkisar Rp7 jutaan hingga Rp10 jutaan. Tergantung dari wilayah Samsat itu sendiri.
Kaki-kaki Kerap Bermasalah
Salah satu keluhan mengenai mobil ini ada di bagian kaki-kaki. Kaki-kaki mobil Pajero Sport terutama di bagian steering shaft, dirasa cepat aus. Jika sudah rusak, setir akan terasa lebih bergetar dan jika tidak segera diganti kerusakan jelas akan semakin parah.
Kasus ini banyak terjadi pada Mitsubishi Pajero Sport generasi pertama. Bahkan, pihak bengkel pun sempat melakukan kampanye penggantian steering shaft untuk mobil ini secara cuma-cuma.
Untuk harganya sendiri, steering shaft dijual berkisar Rp400 ribuan untuk produk buatan Taiwan. Sementara untuk produk asli yang dijual di bengkel resmi seharga Rp1,2 jutaan.
Harga tersebut tentunya akan berbeda-beda di setiap wilayah. Dan harus ingat, belum termasuk dengan biaya jasa pemasangan spare part tersebut ya.
Menurut pengalaman pemilik Pajero Sport gen 1 dari berbagai forum, proses inden di bengkel resmi butuh waktu antara 1-2 minggu lamanya. Carmudian harus ekstra sabar dan ekstra uang bila ternyata bagian steering shaft divonis harus ganti baru karena aus. Bisa-bisa, mobil tidak bisa dipakai selama sekitar dua pekan akibat bengkel yang kehabisan stok steering shaft.
Apabila membeli Pajero Sport Gen 1 bekas, sebaiknya perhatikan bagian steering shaft, supaya tidak mendapat unit yang bermasalah. Penggantian komponen ini dulu bisa dilakukan secara cuma-cuma asalkan masih dalam periode garansi.
Sayangnya, Pajero Sport generasi pertama umumnya sudah habis masa garansi sehingga harus membeli komponen steering shaft yang baru.
Suspensi Kerap Bermasalah
Suspensi SUV mewah yang satu ini kerap mengalami kerusakan. Biasanya kerusakan yang terjadi seperti suspensi atau sokbreker yang bocor. Untuk mendeteksi hal ini memang cukup sulit, selain dilakukan dengan cara melihat secara detail bagian suspensinya. Suspensi yang masih dalam kondisi baik akan terlihat bersih tanpa adanya kebocoran oli.
Tapi untuk suspensi yang sudah mulai rusak, akan terlihat adanya kebocoran di bagian batang suspensi. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan reparasi di bengkel khusus suspensi atau kaki-kaki mobil.
Namun, akan lebih baik jika diganti dengan suspensi baru karena akan jauh lebih nyaman pada saat dikendarai. Suspensi yang di reparasi juga berpotensi akan mengalami kerusakan dalam jangka waktu yang tidak lama.
Penulis: Rizen
Editor: Lesmana