Berita Mobil Sumber informasi

Bus Listrik Moeldoko Bukan Sepenuhnya Karya Anak Bangsa

Jakarta – Bus listrik dengan julukan yang sama seperti nama perusahaan, Mobil Anak Bangsa (MAB), merupakan buah gagasan dari Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko.

Ide untuk membuat bus listrik pantas mendapat dua jempol. Walaupun masih sebatas prototype, bus listrik MAB telah berhasil menyita perhatian banyak orang terlebih yang sempat berkunjung ke ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2018, baru-baru ini.

Mungkin banyak orang yang berpikir bus listrik tersebut merupakan hasil garapan tangan-tangan ahli atau teknisi asal Indonesia. Tapi pada kenyataannya bus listrik Moeldoko tidak sepenuhnya karya anak bangsa sesuai dengan namanya.

Untuk membuat dan merancang bus listrik, MAB tidak hanya melibatkan tenaga ahli asal Indonesia tapi juga negara lain. Komponennya pun masih banyak yang di datangkan dari luar Indonesia.

bus listrik

Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Santo/Carmudi)

Berikut ini sejumlah fakta yang menjawab bus listrik MAB bukan sepenuhnya karya anak bangsa:

1. Axle Drive Buatan Jerman

Bus listrik keluaran MAB di klaim telah menggunakan komponen lokal sebanyak 45 persen, ada rencana perusahaan untuk meningkatkannya hingga 60 persen jika sudah masuk jalur produksi. Salah satu komponen yang masih didatangkan dari negara lain adalah axle drive.

“Yang masih impor seperti axle ini didatangkan dari Jerman, mereknya ZF sama seperti yang dipakai bus-bus di Eropa,” ujar Direktur Teknik MAB Bambang Tri Sasongko.

2. Motor Listrik dan Baterai Beli dari China

Selain axle, MAB juga masih bergantung pada perusahaan asal China dalam menyediakan motor listrik dan baterai sebagai sumber tenaga penggerak.

“Motor listikya kita masih beli, sebenarnya dari Amerika tapi diproduksi di China. Motor listrik itu di Amerika banyak yang pakai. Baterai kita beli dari China,” terang dia.

Kemudian Moeldoko mengklaim bahwa sudah ada beberapa perusahaan luar negeri yang tertarik untuk membangun pabrik baterai di Indonesia, tapi hal itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat.

“Baterai dari Jepang, Shanghai dan Korea. Mereka juga ingin bangun pabrik baterai disini rakit lokal. Sudah ada kesepakatan dengan partner saya yang dari luar ingin membangun pabrik baterai di sini, itu poinnya,” terang Moeldoko.

“Nanti bagaimana ini kan berkaitan dengan economy value-nya ya, apa mungkin saya menyiapkan tanahnya, dia (perusahaan luar) akan membuat pabriknya sampai dengan pengembangan yang lain,” lanjutnya.

3. Penelitian dan Pengembangan Menggunakan Konsultan dari Luar Negeri

Berbeda dari perusahaan bus lainnya, MAB melakukan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/RnD) untuk bus listrik rancangannya itu secara lokal. Tujuannya untuk menyesuaikan dengan kondisi jalan dan cuaca yang ada di Indoensia.

“Jadi kita menggunakan jalanan di Indonesia, cuaca Indonesia. Kami sudah uji jalan kurang lebih hampir 2.300 kilometer. Kami juga sudah uji coba di berbagai medan jalan, seperti macet, tanjakan, turunan, sampai dengan konsumsi listriknya,” tutur Moeldoko.

Namun untuk RnD pihaknya tidak sendiri, ada beberapa ahli dari luar Indonesia yang dilibatkan dalam pengujian tersebut.

“Produksi mobil tidak semudah dibayangkan orang, tapi secara aspek komersial banyak yang tidak terjual. Nah kami belajar dari pengalaman itu kami melakukan RnD cukup panjang. Kami juga menggunakan konsultan dari luar negeri untuk melakukan uji coba ini,” timpal Bambang.

bus listrik

Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Santo/Carmudi)

Jadi dimana letak karya anak bangsa dari bus listrik milik Moeldoko ini?

Bambang mengakui bahwa untuk membuat bus listrik menjadi karya anak bangsa sepenuhnya, tidaklah mungkin. Saat ini saja untuk membuat bus listrik prototype komponennya tidak sampai 100 persen.

“Nggak bisa 100 persen. Kalau lokalisasi enggak mungkin 1000 persen. Quantity-nya dikit, saya harus kejar di 60 persen,” ungkap dia.

Sementara itu Moeldoko justru percaya diri bahwa bus miliknya ini bisa menggunakan 100 persen komponen lokal dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.

“Mungkin dalam 3 sampai 4 tahun ke depan. Mungkin 5 tahun lah ya, baterai ya kira-kira 5 tahun kita sudah bisa produksi sendiri di sini itu pasti,” ujarnya.

Moeldoko juga menjelaskan penggunaan nama Mobil Anak Bangsa. Nama ini sebagai upaya memancing para ahli dan teknisi dari Indonesia untuk menciptakan sebuah karya yang terkait dengan kendaraan listrik.

“Karena saya ingin mobil ini menjadi kebanggaan anak bangsa, mobil ini menjadi miliknya anak bangsa, untuk itulah saya betul-betul dengan hati saya dan ketulusan saya, saya akan berikan lima persen kepada anak-anak Indonesia yang berkontribusi atas pembangunan mobil listrik,” pungkas Moeldoko. (dna)

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts