Berita

Daya Beli Mobil di Indonesia Kalah dari Malaysia dan Thailand

Jakarta – Mobil tidak lagi dianggap sebagai barang mewah, melainkan mulai menjadi kebutuhan transportasi sehari-hari. Namun daya beli masyarakat belum bisa membeli harga mobil yang masih dianggap tinggi. Akibatnya, daya beli mobil di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga di ASEAN.

Jongkie D. Sugiarto selaku Wakil Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) menyebut, Indonesia sebenarnya mencatatkan angka penjualan mobil terbesar di Asia Tenggara. Sayangnya, populasi yang besar membuata rasio kepemilikan semakin kecil.

“Kita hitungannya per seribu penduduk, itu hanya 87 mobil/1000 penduduk. Kalau di Indonesia setiap 12 orang punya mobil. Jumlah penduduk Indonesia sekitar 261 juta dengan penjualan mobil 1,06 juta unit pada 2016,” ungkap Jongkie.

Total penjualan mobil, jelas Jongkie, sebanyak 3,16 juta unit di 2016. Indonesia menyumbang 33,5% market share. Adapun Thailand menyumbang 24,3% disusul Malaysia 18,3%.

“Kita bisa lihat Malaysia 439 mobil/1000 penduduk, jadi saya bisa bilang 2,5 orang per mobil. Thailand, 228 mobil/1000 penduduk, hampir setiap 5 orang punya mobil,” tuturnya.

Perhitungan Rasio Daya Beli Mobil

Jongkie menjelaskan perhitungan rasio daya beli mobil ini bukan berdasarkan kapasitas angkutnya. Total penjualan ini membandingkan secara langsung antara jumlah penduduk dengan keseluruhan mobil yang terjual dalam satu tahun.

“Jadi tidak memandang apakah empat, lima atau tujuh seater. Jadi acuannya bukan muat berapa orang per mobil tetapi dari daya beli masyarakat,” katanya.

Daya beli mobil konsumen Indonesia masih sulit mendapat sedan impian

Daya beli mobil konsumen Indonesia masih sulit mendapat sedan impian
Foto/Ilustrasi.

Menyinggung soal selera mobil di Indonesia, Jongkie mengungkapkan bila MPV ini sebenarnya tidak benar-benar favorit. Masih banyak konsumen yang terpaksa membeli mobil jenis minibus karena keterbatasan daya beli.

“Sebagian mengatakan, saya sebetulnya tidak mau 7-seater. Tapi saya mampunya beli ini, saya sanggup nyicilnya beli mobil ini. Kita ini jago kandang, hanya bikin mobil yang disukai oleh masyarakat Indonesia tapi tidak yang disukai oleh dunia,” tegas Jongkie.

GAIKINDO pun mendorong pemerintah agar tidak hanya mengandalkan MPV. Jongkie berharap ada penyeragaman pajak PPnBM supaya terjadi peningkatan penjualan dari model kendaraan yang lain.

“Kita sedang menggarap harmonisasi tarif. Sedan kena 30% PPnBM, sedangkan MPV atau 4×2 10%.  Sudah pasti sedannnya mahal, karena mahal nggak dibeli orang. Karena nggak dibeli orang, lalu nggak diproduksi. Tapi kalau itu diturunkan, orang sanggup beli,” paparnya. (dna)

Tutus Subronto

Tutus Subronto memulai karirnya di dunia otomotif sebagai jurnalis di Media Indonesia. Sejak 2008, telah meliput beragam kegiatan otomotif nasional. Terhitung Januari 2014 masuk sebagai tim Content Writer di Carmudi Indonesia. Kini terlibat di tim editorial Journal Carmudi Indonesia untuk mengulas dan publikasikan berita-berita otomotif terbaru. Email: tutus.subronto@icarasia.com

Related Posts