Berita Mobil Sumber informasi

Ini Alasan Jazz Facelift di Indonesia Tak Dibekali Fitur Honda Sensing

Jakarta – PT Honda Prospect Motor (HPM) baru saja menyegarkan hatchback terlarisnya, Honda Jazz, sehingga kini mobil yang menjadi basis HR-V tersebut disebut New Honda Jazz.

Masih dengan kode bodi GK, ubahan yang diterima pesaing Toyota Yaris dan Mazda2 ini termasuk minim. Sehingga tak heran Takehiro Watanabe, President Director HPM menyebutnya facelift ini sebagai sekadar “minor change”.

Apa saja yang berubah? Anda bisa cek ubahan lengkapnya pada artikel kami sebelumnya pada link berikut ini.

Baca Juga: Honda Jazz Tampil Lebih Segar, Paling Mahal Hanya Rp262 Jutaan

Selain tampilan dan sedikit fitur, tidak ada penambahan kelengkapan safety alias faktor keselamatan sama sekali pada New Honda Jazz yang diluncurkan (26/7) di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan tadi.

Fitur Keselamatan Masih Sama

Yup, airbag masih hanya dua di depan saja. Rem memang sudah ABS dan EBD, bahkan sudah ada BOS (Brake Override System) yang otomatis mengabaikan input gas ketika pedal rem dan gas terinjak bersamaan. Namun dari yang simpel saja, rem belakang yang masih digunakan masih sama, yaitu teromol.

Tapi kami ingin membicarakan sesuatu yang lebih advanced lagi, yakni fitur active safety. Ketika diluncurkan di Malaysia dan Jepang beberapa saat silam. New Honda Jazz facelift sudah menerima fitur keselamatan kekinian yang dapat mencegah sesuatu yang buruk dari terjadi dengan nama Honda Sensing.

Honda Sensing berisi hal-hal seperti CMBS (Collision Mitigation Braking System) dapat mengerem mobil secara otomatis. Ada  RDM (Road Departure Mitigation System) yang memperbaiki setir saat mobil berjalan keluar lajur.

Serta ACC (Adaptive Cruise Control) yang bisa mengatur kecepatan konstan di jalan raya. Sambil mengikuti kecepatan kendaraan di depannya dan LKAS (Lane Keeping Assist System).

Lalu, apa alasan fitur-fitur canggih di atas absen di Indonesia?

“Honda Sensing memang akan berjalan baik bila diaplikasikan di negara yang jalanannya sudah teratur. Karena fitur safety ini menggunakan sensor yang mendeteksi kendaraan dan jalan di depannya,” ujar Jonfis Fandy, Marketing & Aftersales Director PT Honda Prospect Motor.

Benarkah? Bukankah pesaing langsungnya, Mazda2 Skyactiv varian GT, sudah memiliki fitur serupa dengan nama i-ACTIVSENSE?

Mengingat langkah HPM yang pernah dilakukan ketika membawa sedan flagship-nya, Honda Accord dengan Honda Sensing, ke Indonesia di kala IIMS (Indonesia International Motor Show) 2016 silam. Sayangnya eksistensi fitur ini tidak bertahan lama.

Karena ketika versi facelift Accord dikeluarkan tidak berapa lama setelahnya, fitur canggih tersebut justru kembali dihilangkan.

“Kita sempat bawa Accord yang ada Honda Sensing, tapi setelah itu ditarik kembali karena kebanyakan pemilik justru fiturnya dimatikan,” jelas Jonfis perihal mengapa di Accord terbaru sudah tidak ada lagi Honda Sensing.

Infrastruktur Kurang Mendukung

Memang jika memperhitungkan tipe mahal Honda Indonesia saja tidak punya fitur mahal ini, cukup asing jika tipe tengahnya, Jazz, justru ada. Ya, bila alasan infrastruktur pihak HPM tidak bisa disalahkan, untuk menarik kembali fitur ini.

Menjadi dilema yang sangat besar membawa fitur yang terdengar sangat canggih bagi para auto ethusiast, namun ujung-ujungnya tidak terpakai oleh konsumen. Perlu diingat, di sisi lain, menambah Honda Sensing akan menambah harga jual cukup drastis. Lihat saja perbedaan antar Mazda2 R dan GT.

“Value dan keuntungan yang didapatkan dengan membawa Honda Sensing belum seimbang. Kita sudah punya teknologinya, jika itu sudah dibutuhkan masyarakat, baru akan kita keluarkan,” tutup Jonfis.

Semua pernyataan yang dibawa raksasa Jepang ini memang masuk akal. Tapi ketika mengingat Jazz adalah hatchback terlaris di Indonesia dengan penjualan melebihi 287 ribu unit. Apakah salah bila kami mengharapkan sesuatu yang lebih dari The King of Hatch ini? (Penulis: Rosano Adi)

Dony Lesmana

Dony Lesman memulai karirnya di dunia jurnalis di Jawa Pos Surabaya 2003. Hijrah ke Jakarta bergabung di majalah Otomotif Ascomaxx dan Motomaxx di 2010. Sempat bergabung di portal berita Sindonews.com di kanal Autotekno hingga 2016 yang mengupas perkembangan otomotif dan teknologi. Terhitung Januari 2017 masuk sebagai tim Journal Carmudi Indonesia yang mengulas dan mempublikasikan berita-berita otomotif terbaru di Indonesia maupun dunia.

Related Posts