Jangan Sekadar Punya Mobil, Kenali Kondisi Industri Otomotif Indonesia yang Kini Terperangkap
Jakarta — Walau model mobil baru terus bermunculan, tapi nyatanya industri otomotif Indonesia sekarang lagi terjebak dalam perangkap “one million trap”.
Pada intinya itu berarti penjualan mobil di Tanah Air tak bisa menembus angka satu juta unit. Hal ini sudah terjadi dalam kurun waktu satu dekade belakangan.
“Puncaknya di 2013 itu bisa tembus di angka 1,23 juta ya penjualannya,” kata Ekko Harjanto, Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Efek dari hal ini mungkin tidak dirasakan langsung Carmudian sebagai individu pemilik atau pengguna kendaraan roda empat.
Namun, di lain sisi dianggap hambatan serius bagi industri otomotif secara luas untuk dapat berkembang.
Sebab industri otomotif berperan penting dalam perekonomian Indonesia bahkan disebut sebagai tulang punggungnya.
Baca juga: Berbahaya jika Penjualan Industri Otomotif Indonesia Turun
Hal ini pun menjadi pembahasan dalam diskusi “Outlook Otomotif 2024: Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi” yang digelar Viva.co.id.
Dalam perbincangan pada Rabu (5/12/2024) di Jakarta itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menilai setidaknya ada dua faktor utama yang menjadi penghambat.
Pertama, harga mobil di Indonesia relatif tinggi. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, seperti pajak, ketergantungan terhadap komponen impor, ataupun biaya logistik.
Kedua, pendapatan per kapita Indonesia masih sekitar 4.700 sampai 5.000 dolar AS yang artinya masuk kategori menengah ke bawah.
Jadi bisa dibilang daya beli sebagian besar masyarakat Indonesia masih “segitu-segitu aja”.
Pendapatan yang dimiliki bakal lebih diprioritaskan untuk kebutuhan pokok, seperti tempat tinggal, pangan, atau pendidikan.
Sebagai gambaran, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan sepanjang Januari hingga Oktober 2024 produksi kendaraan roda empat di Indonesia mencapai 996 ribu unit dengan penjualan 710 ribu unit untuk domestik dan 390 ribu unit ekspor.
Bagaimana Solusinya?
Banyak pihak merasa optimis terhadap kondisi di masa yang akan datang, seperti diutarakan ekonom senior sekaligus Komisaris BCA, Cyrillus Harinowo.
Dalam kesempatan yang sama, ia menyampaikan Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi, misalnya jika dibandingkan negara-negara G20.
Hal senada juga disampaikan Andi Oscar La Galigo, Ketua Tim Kerja Industri Alat Transportasi Darat Non Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dari Ditjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian.
Dalam diskusi ini pun muncul beberapa solusi yang diharapkan bisa menjadi pengungkit penjualan mobil di Indonesia kembali menembus angka satu juta unit.
Ekko menyinggung relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang diberikan oleh pemerintah.
“Pemerintah juga saat ini telah memberikan berbagai insentif untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) agar mendorong penjualan kendaraan nasional, seperti PPnBM, bea masuk nol persen untuk mobil impor dengan komitmen perakitan lokal, dan tax allowance,” tuturnya.
Sementara itu, Gaikindo mendorong para produsen mobil untuk mengoptimalkan penjualan di luar Jawa atau Bali. Dikatakan bahwa pangsa pasar di luar dua pulau itu meningkat dari 38 persen pada 2019 menjadi 62 persen pada 2024.
“Tidak hanya itu, produsen juga didorong untuk memproduksi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan pasar di luar Jawa, di mana pertumbuhan permintaan terus meningkat,” jelas Kukuh.
Hal ini menjadi peluang baru bagi produsen memperluas distribusi ke daerah-daerah yang belum terlayani secara optimal.
Di samping itu, Kukuh juga menyoroti pentingnya produsen mobil memperluas portfolio produk, mencakup kendaraan listrik, hybrid, biofuel, dan varian yang lebih terjangkau.
Baca juga: Strategi Gaikindo Tingkatkan Penjualan Kendaraan di Indonesia
Penulis: Mada Prastya
Editor: Santo Sirait