Berbagai Keluhan Honda Brio, Sering Diabaikan Calon Pembeli
Jakarta – Saat Carmudian menjatuhkan pilihan membeli city car seperti Honda Brio, jangan lupa cari tahu keluhan dari pemilik terdahulu. Honda Brio jadi salah satu dari sekian banyak mobil berjenis hatchback yang cukup laris di pasaran. Brio hingga kini sudah memiliki dua generasi. Generasi yang terbaru saat ini memiliki desain membulat yang lebih mewah dibanding versi pertamanya yang terlihat kecil.
Brio generasi kedua hanya mengalami perubahan total dari sisi desain. Sedangkan di bagian mesin tidak ada yang baru dibandingkan Honda Brio generasi pertama. Honda Brio hadir dengan varian 3 tipe di antaranya :
- Tipe S MT (Manual Transmision)
- Tipe E MT (Manual Transmision)
- Tipe E CVT (Automatic Transmision)
- Tipe RS MT (Manual Transmision)
- Tipe RS CVT (Automatic Transmision)
Dari segi fitur, Honda Brio memiliki fitur yang sedikit lebih banyak diantara mobil LCGC sejenis. PT Honda Prospect Motor selaku produsen menyediakan dua jenis Brio yakni Brio RS untuk segmen city car dan Brio Satya untuk segmen LCGC dengan harga lebih terjangkau. Harga spare part keduanya pun tergolong murah dan terjangkau, cocok bagi pembeli mobil pertama.
Honda Prospect Motor (HPM) membanderol mobil ini mulai dari Rp140 juta tipe S hingga Rp191 jutaan tipe RS. Dengan segmentasi yang cukup ‘wah’ di kelasnya, Brio cukup memuaskan dari sisi harga dan fitur. Namun cost down produksi membuat mobil ini punya beberapa kelemahan ‘bawaan bayi’.
Keluhan pada Honda Brio selalu ada sejak generasi pertama sampai model terakhir. Memang, masalah itu tidak berdampak signifikan terhadap performa namun lumayan mengganggu. Supaya enggak makin penasaran, yuk kita simak lebih lanjut apa saja keluhan di city car Honda ini.
Isi Konten
Dasbor dan Interior Bising ‘Gemblodakan’
Istilah ‘gemblodakan’ ini dalam bahasa Jawa dimaksudkan untuk suara bising yang muncul dari bagian yang kurang rapat. Nah, keluhan ini sering muncul dari mulut pemilik Brio generasi pertama soal suara ‘gemblodakan’ yang berasal dari bagian dasbor. Panel penutup airbag penumpang di dasbor yang kurang rapat membuat penampilan di sisi penumpangnya jadi ada celahnya.
Selain itu, bagian dasbor yang pemasangannya kurang rapat dari pabriknya menjadikan gejala gruduk-gruduk ini lazim ditemui pada Brio Satya dari segmen LCGC. Ini membuat perjalanan jadi tidak nyaman jika mobil melewati jalan rusak.
Lebih jauh lagi, ternyata suara bising juga muncul dari bagian sekitar pilar A. Ini karena peredaman kabin yang terdapat di bagian tersebut kurang tebal lalu berdekatan dengan dasbor yang pemasangannya kurang rapat dari pabriknya. Berdasarkan informasi dari forum hondabrio.org keluhan ini bisa diatasi dengan mengencangkan baut-baut dudukannya oleh bengkel resmi.
Namun berdasarkan review internal Carmudi soal pilar A Honda Brio tersebut hanya terjadi di awal-awal produksi generasi pertama. Setelahnya, waktu model facelift keluar pada 2016 dan generasi kedua muncul masalah pilar A sudah terselesaikan secara tunai.
Mesin Honda Brio Boros Tidak Seperti yang Dijanjikan
Honda sejak lama sudah mempromosikan Brio sebagai sebuah city car yang irit dan lincah. Namun sayangnya masih ada sebagian pemilik Brio generasi pertama mendapati mobil mereka ini boros. Berdasarkan sumber yang sama, hondabrio.org, Honda Brio generasi pertama mesin 1.3 L memiliki konsumsi bahan bakar kisaran 8-10 km/liter untuk pemakaian dalam kota. Sementara itu, konsumsi bahan bakar luar kota sekitar 14 km/liter. Bila dalam kondisi lalu lintas yang sering kena macet, itu bisa dimaklumi.
Bila berkendara tidak agresif dan berusaha agar tetap dalam posisi Eco, namun konsumsi BBM tetap boros, perlu konsultasi lebih lanjut ke bengkel. Solusi yang memungkinkan yaitu dilakukan penyetelan klep saat servis rutin bila tidak terjadi masalah pada bagian mesin dan suplai bahan bakar. Setelan klep terlalu rapat dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar (BBM) karena pembakaran menjadi tidak sempurna.
Trik menekan konsumsi bahan bakar Honda Brio yaitu berusaha berkendara konstan pada kecepatan antara 60-80 km/jam atau tidak lebih dari 3.000 rpm. Menjaga kerja mesin selalu dalam putaran rendah secara otomatis membuat konsumsi BBM lebih hemat. Terlebih, karakter Honda Brio ini lincah dan akslerasinya bertenaga sejak putaran bawah.
Minus Kamera Mundur dan Sensor Parkir
Keluhan lainnya yang cukup sering terlontar dari pemilik Honda Brio generasi kedua yaitu ketiadaan kamera mundur dan sensor parkir. Masih bisa dimaklumi bila kamera mundur tidak ada pada Brio RS dengan alasan menekan harga jual.
Sebagaimana diketahui, baik Brio RS ataupun Brio Satya dijual lebih mahal dibanding kompetitornya, yaitu antara Rp140-163,5 juta. Tapi apa jadinya bila sensor parkir juga luput dari tipe Brio RS yang harganya sudah lebih dari Rp190 juta.
Harga Brio bahkan lebih mahal dari Suzuki Ignis yang berkisar antara Rp157–186 juta. Pada kenyataannya, aji mumpung Honda menaikkan harga Brio tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan memperbanyak fitur dibanding rivalnya.
Absennya kamera mundur dan sensor parkir membuat parkir mundur cukup repot apalagi di tempat yang sempit. Bagi pemilik yang cuek, mereka biasanya memakai sensor parkir ‘alami’, yaitu suara “duk-duk'” saat bodi atau bumper sudah mentok dan muncul suara.
Mau tidak mau, pemilik Honda Brio yang tak ingin mobilnya lecet harus memodifikasi sendiri mobil mereka agar lebih aman saat harus parkir mundur. Sebagai saran, sebaiknya sekalian saja memasang kamera mundur aftermarket dengan head unit 2 DIN bagi pengguna Brio Satya. Fitur hiburan semakin kaya dan juga lebih memudahkan pengemudi apabila parkir di tempat sempit.
Peredaman Kabin Kurang Senyap
Masalah ini termasuk ‘bawaan bayi’ tapi tidak menjadi keluhan bagi setiap pemilik Honda Brio. Bagi kalian yang butuh kabin lebih senyap, Honda Brio memang bukan mobil yang sepenuhnya cocok. Namun apabila sudah terlanjur naksir Brio, tak ada jalan lain dengan memodifikasi beberapa bagian.
Bagian yang perlu mendapat upgrade antara lain peredam di pintu, bodi dan bagian karet pintu. Nah, peredam aspal pada bagian pintu dan beberapa bodi perlu ditambah selembar. Agar suara tidak masuk dari celah-celah pintu, maka karet pintu juga perlu diganti dengan produk aftermarket yang lebih tebal.
Konsekuensi dari modifikasi ini ialah akselerasi yang sedikit lambat. Pasalnya, peredam bodi atau lazim disebut sebagai peredam aspal punya bobot yang lumayan berat dan akan menambah berat keseluruhan mobil.
Dengan duit nyaris Rp200 juta, kalian perlu selektif dalam memilih city car terbaik. Bila Carmudian sudah jatuh cinta kepada Honda Brio, maka pertimbangannya yaitu mobil ini menawarkan desain yang lebih mewah namun fitur kurang ‘wah’.
Honda termasuk pelit alias tidak jor-joran untuk fitur Honda Brio RS sebagai tipe tertinggi. Bahkan untuk fitur keselamatannya sekalipun. Brio tidak memiliki Vehicle Stability Control (VSC) dan Traction Control. Bahkan tombol start/stop engine juga tidak ada. Kalau mau menyalakan mesin masih konvensional, yaitu nyolok dan memutar kunci.
Tidak Punya Soket Charger untuk Baris Kedua
Gawai (gadget) tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern saat ini, sehingga kebutuhan pemakaian ponsel pun sangat tinggi. Untuk itu, fasilitas pengisian daya ponsel semakin penting dan dibutuhkan supaya enggak lekas mati. Sayangnya, seluruh varian Honda Brio cuma menyediakan colokan untuk charge di depan saja.
Akibatnya, penumpang di baris kedua terpaksa harus kerepotan saat akan mengisi daya karena harus menumpang colokan di depan. Enggak menutup kemungkinan, penumpang belakang bisa berebut colokan dengan pengemudi kalau sama-sama baterai ponselnya lowbatt. Padahal semestinya sebagai mobil untuk anak muda, Brio sudah memiliki USB Charging terpisah untuk penumpang di belakang.
Masa kalah sih sama bus AKAP yang di tiap kursinya sudah tersedia colokan USB Charging? Motor-motor keluaran terbaru juga sudah punya fitur ini juga. Solusi singkatnya, kalian terpaksa harus menambah kabel USB Charging sendiri untuk di baris kedua. Sungguh repot!
Penulis: Yongki Sanjaya
Editor: Dimas