Berita Mobil Sumber informasi

Kemenperin: Tak Semua Bahan Otomotif Pakai Bahan “Virgin”

Proses produksi mobil (Foto: Carmudi)

Jakarta – Saat ini 73 persen eskpor ditopang dari industri otomotif. Maka tak heran jika sektor otomotif menjadi salah satu andalan pemerintah. Supaya terus menjadi andalan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong supaya industri otomotif terus mendongkrak daya saing salah satunya dengan melaksanakan daur ulang plastic recycle.

Menurut Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, saat ini komponen besar dalam kendaraan meliputi bumper, fender, dan dashboard pada mobil tidak lagi menggunakan stainless steel, tetapi menggunakan kandungan plastik.

“Plastik itu bukan sampah, dari segi cost plastik adalah bahan baku yang relatif lebih kompetitif dibanding yang lain, dan menyerap emisi lebih rendah,” kata Airlangga.

Airlangga menambahkan apabila industri otomotif menggunakan virgin plastic, maka biaya produksi akan lebih mahal. Terlebih apabila dengan impor virgin plastic, kebutuhan devisa akan menjadi lebih tinggi. Karena saat ini Indonesia baru mampu memproduksi satu juta ton virgin plastic, padahal kebutuhannya mencapai lima juta ton.

Menperin menilai, kapasitas daur ulang plastik di Tanah Air masih jauh dari standar. Saat ini, di dalam negeri baru mampu mendaur ulang 12,5 persen dari standar industri yang seharusnya yakni 25 persen.

Daur Ulang Blog Mesin

Salah satu implementasi industri daur ulang di sektor otomotif yang sudah berjalan adalah pembuatan blok mesin. Sekira 80 persen blog mesin sudah menggunakan material daur ulang.

“Karena aluminum alloy itu masuk recycle material, saya tegaskan kembali bahwa recycle industry ini adalah sesuatu yang harus dilakukan, jadi tidak perlu khawatir,” ujar Airlangga.

Aluminium sendiri tambah Airlangga sudah menjadi salah satu yang circular economy-nya tinggi, yakni di atas 70 persen. Sehingga komponen kendaraan yang menggunakan bahan recycle aluminium, seperti blok mesin dan pelek mobil lebih kompetitif dan memiliki daya saing tinggi.

“Kalau misalnya industrinya harus 100 persen virgin aluminum, mobil tidak akan ada yang kompetitif, karena cost-nya akan tinggi,” tutur Airlangga.

Tak hanya untuk aluminium dan plastik saja, baja juga merupakan salah satu komponen utama dalam bodi mobil yang bisa didaur ulang melalui scrap.

“Makanya, industri recycle ini terus kami dorong. Bahkan, di dalam WEF kemarin, didorong pula circular economy untuk perbankan, jadi perbankan untuk mendukung circular economy,” tutup dia.(dol)

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts