Kementerian LHK: Penjualan BBM Premium Masih Tinggi
Jakarta – Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite masih tinggi hingga saat ini. Padahal dua jenis BBM tersebut memiliki angka oktan rendah, sehingga berdampak negatif pada lingungan dan udara.
“Data penjualan bensin masih menunjukkan Premium dan Pertalite yang mempunyai angka Research Octane Number (RON) di bawah 91 masih mendominasi penggunaan BBM di masyarakat. Premium memiliki angka RON 88 masih mendominasi penjualan sebanyak 55 persen. Pertalite yang memiliki angka RON 90 menempati urutan kedua dengan 33 persen penjualan,” ungkap Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), MR Karliansyah dalam diskusi virtual YLKI, Jumat (13/11/2020).
Dalam rangka mengurangi penggunaan BBM Premium di kalangan masyarakat khususnya yang memiliki kendaraan bermotor, Pertamina menyelenggarakan Program Langit Biru. Di mana pemilik kendaraan bermotor di ajak untuk menggunakan BBM berkulaitas baik dan meninggalkan Premium.
“Senin kemarin saya bertemu dengan Direktur Operasi Pertamina, beliau menyampaikan per 1 Januari 2021, Premium khususnya di Jawa, Madura dan Bali (Jamali) akan dihilangkan. Kemudian menyusul kota-kota lain di Indoensia,” terang Karliansyah.
Dirinya berharap, dengan adanya kebijakan tersebut implementasi Euro4 dapat berjalan dengan baik. Selain itu, Pertamina sebagai pemasok BBM ke masyarakat supaya sesegera mungkin menyelesaikan pembangunan kilang yang memproduksi BBM ramah lingkungan.
“Sehingga dapat memenuhi kebutuhan BBM ramah lingkungan. Sebaliknya konsumen didorong untuk memilih menggunakan BBM ramah lingkungan meskipun dengan harga lebih mahal dibandingkan dengan BBM yang lebih kotor,” sambung Karliansyah.
Tantangan dalam Implementasi Kebijakan BBM Ramah Lingkungan
Pengimplementasian penggunaan BBM ramah lingkungan di kalangan masyarakat khususnya pemilik kendaraan bermotor tak lepas dari sejumlah tantangan.
Karliansyah dalam kesempatan yang sama menyampaikan setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi dalam penerapan BBM ramah lingkungan.
- Kualitas BBM ramah lingungan (Pertamax 92/Pertamax turbo/dex) lebih mahal dibandingkan BBM berkualitas rendah (Premium/Pertalite/Solar). Sehingga masyarakat cenderung membeli BBM kualitas rendah tersebut. Padahal untuk kendaraan yang digunakan saat ini teknologinya sudah tidak sesuai dengan Premium, Pertalite dan Solar.
- Varian BBM yang dipasarkan terlalu banyak. Seharusnya cukup yang sesuai dengan teknologi kendaraan Euro2 dan Euro4.
- Akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia, persiapan pemberlekuan Euro4 untuk kendaraan bermesin diesel ditunda hingga Apri 2022. Sebelumnya dijadwalkan pada April 2021.
“Kami harap melalui forum dialog terjadi tukar informasi dan edukasi kepada seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan kontribusi aktif dalam penggunaan BBM ramah lingkungan. Tetapi juga mengedukasi semua pihak untuk mengambil tindakan aktif dalam melindungi dan menjaga lingkungan,” pungkas Karliansyah.
Penulis: Santo Sirait
Editor: Dimas
Baca Juga: BBM Premium Berkualitas Rendah, Kok Pertamina Masih Jual?