Limbah Baterai Mobil Listrik Mercedes Benz Tidak Bisa Diolah di Indonesia

Jakarta – Mercedes Benz Indonesia (MBI) berencana meluncurkan mobil listrik berbasis Plug-in Hybrid tahun depan. Namun sayang sampai saat ini pabrikan mobil mewah asal Jerman itu belum bisa membocorkan model apa yang akan dipasarkan di Tanah Air.
Menariknya belum juga meluncur MBI sudah menyediakan satu tempat pengisian listrik atau mereka menyebutnya dengan nama EQ Power Charging di area parkir P2, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Tidak hanya itu pihaknya pun sudah memikirkan soal pengolahan limbah baterai mobil. Berhubung di Indonesia belum memiliki fasilitas pengolahan limbah baterai mobil listriknya, maka MBI berencana untuk mengekspor baterai yang sudah habis masa pakainya atau bekas ke Belgia, Eropa.
Hal itu sesuai dengan ketetapan dari Daimler AG selaku induk Mercedes Benz dan hanya di sana ada fasilitas mengolah limbah baterai.
“Kami sudah siap mengikuti protokol penanganan baterai dari mobil hybrid (listrik). Karena sejauh ini masih satu-satunya tempat limbah baterai bisa di proses, ya itu di Eropa,” ujar Deputy Director, Marketing Communication (MBI) Hari Arifianto, di Jakarta belum lama ini.
Dijelaskannya, limbah baterai mobil listrik masuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun atau B3, jadi harus segera ditangani. Dalam hal pengemasan lanjut Hari tidak boleh asal-asalan begitu juga saat proses pengiriman.
“Tempat penyimpanannya juga khusus tidak boleh sembarangan karena terakit limbah B3. Harus menggunakan kemasan khusus karena ada yang tidak boleh bocor, dan sebagainya. Pengiriman juga khusus tidak boleh di campur dengan barang lain, itulah menyebabkan penanganan ini mahal dan tidak bisa ditunda-tunda, jadi harus langsung,” tambah dia.
Hari memastikan soal limbah baterai mobil listrik Mercedes Benz tidak perlu dikhawatirkan lagi, sebab pihaknya sudah memiliki formula khusus untuk menanganinya.
“Ini sudah kewajiban kami sebagai pabrikan. Jadi pelanggan tidak perlu khawatir. Jika nantinya pelanggan ada masalah di baterai, tinggal datang ke kami, dan diganti. Kami akan kemas baterai tersebut dan kami ekspor lagi,” tegas Hari.
Indonesia Belum Memiliki Fasilitas Pengolahan Limbah Baterai
Selain infrastruktur dan pajak, ada satu lagi ‘pekerjaan rumah’ untuk pemerintah Indonesia demi mempercepat pengembangan mobil ramah lingkungan yaitu membangun tempat pengolahan limbah baterai mobil listrik. Sampai saat ini belum ada solusi untuk hal satu itu.
“Kami belum tahu bagaimana itu,” ucap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Harjanto, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya Indonesia rupanya ada beberapa negara juga yang dipusingkan oleh pengolahan limbah baterai mobil listrik yaitu China dan Jepang. Saat ini kedua negara itu masih bergantung pada Belgia.(dol)