Pakai Solar B20 Tambah Beban Biaya Servis Rutin
Jakarta – Meskipun kebijakan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait standar emisi Euro IV baru efektif September 2018 untuk mesin bensin. Sedangkan untuk kendaraan mesin diesel baru akan dilaksanakan empat tahun ke depan atau pada 2021, namun saat ini muncul “permasalah” baru.
Ya, hal yang dianggap permasalahan bagi para pengusaha pemilik truk adalah ketetapan pemerintah untuk penerapan wajib menggunakan bauran biodiesel dalam solar 20% (B20). Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman sempat mengungkapkan ini akan membawa berbagai dampak ke kinerja mesin kendaraaan.
Sebagai informasi, meskipun menggunakan BBM Solar B20 mesin kendaraan masih bisa tetap bekerja namun menimbulkan efek pada mesin setelah digunakan. Pastinya perawatan rutin yang dilakukan setiap bulan sekali harus di tambah.
”Konsumsi BBM bukan sesuatu yang bisa dihindari, bisa bertambah. Tapi bukannya nanti malah jadi nambah emisi,” tuturnya.
Banyak pihak yang menilai kalau keputusan pemerintah menerapkan standar kandungan nabati sebesar 20 persen pada bahan bakar biosolar (B20) adalah sebuah kemunduran. Karena tidak sejalan dengan rencana mengurangi efek emisi gas buang dari bahan bakar solar dimulai pada 2021 mendatang.
Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O atau yang lebih dikenal dengan Standar Emisi Euro IV menjelaskan mesin bensin Euro 4.
Pro Kontra Munculkan Solusi Sementara
Gembar-gembor untuk mengurangi mutu emisi gas muang bermunculan setelah penggunaan BBM diesel B20. Beberapa Agen Pemegang Merek yang mempunyai produk kendaraan diesel berupanya memberikan solusi. Diantaranya PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku distributor kendaraan niaga Mitsubishi.
“Solar B20 bisa dipakai pada kendaraan Mitsubishi Fuso) namun ini mempunyai konsekuensinya. Jadi perawatan khususnya di filter itu jadi lebih sering ganti,” kata Direktur Penjualan dan Pemasaran KTB Duljatmono beberapa waktu lalu pada Carmudi (26/7).
Dampak penggunaan solar B20 terhadap mesin produk Colt Diesel dan Fuso menurut Duljatmono, adalah konsumen jadi lebih sering ganti saringan filter BBM. Pihak KTB memberikan solusi dengan menyiapkan filter BBM ganda untuk setiap mobil yang dijual, khususnya Colt Diesel.
“Misal waktu normal 20 ribu kilometer baru ganti filter, kalau pakai B20 harus 10 ribu kilometer sudah ganti. Buat konsumen jadi banyak biaya namun khusus Colt Diesel, sudah kami lengkapi dengan double filter untuk antisipasi efek solar B20, sehingga dengan double filter jauh lebih panjang umurnya,” ucap Duljatmono.
Duljatmono menilai kalau ini lebih kepada upaya negara dalam meningkatkan penggunaan kandungan nabati yang berlimpah di Tanah Air. Dirinya menyarankan kalau pemerintah harus membuat aturan yang jelas untuk kebutuhan masyarakat terkait dengan isu ramah lingkungan. Agar tidak bertabrakan dengan peraturan sebelumnya terkait emisi.
Di waktu yang berbeda Direktur Sales dan Promosi PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo, mengatakan penerapan B20 merupakan suatu yang positif dari sisi perekonomian Indonesia.
Menurutnya saat ini banyak kendaraan Euro 2 Hino menggunakan bahan bakar B20. Meskipun begitu kinerja kendaraan tidak banyak mengalami kendala kecuali harus lebih sering lakukan pembersihan saringan bahan bakar.
“Kabar dari lapangan dapat laporan agak sedikit kotor di saringan filter solarnya, jadi harus lebih sering dibersihin. Mungkin perlu kajian lebih maju supaya lebih bersih,” pungkasnya.
Solusi
Mungkin seharusnya rencana pemerintah ini harus disinergikan dengan APM untuk membuat produk dengan teknologi khusus. Dimana bisa digunakan bahan bahan bakar solar B20 dengan perawatan murah. (dol)