Berita

Seandainya Kendaraan Listrik Populer, Bagaimana Nasib Bisnis Pelumas dan BBM?

Bisnis Pelumas dan BBM akan tergerus jika kendaraan listrik makin populer

Bisnis Pelumas dan BBM akan tergerus jika kendaraan listrik makin populer di masyarakat (Foto: Pertamina)

Jakarta – Sektor bisnis yang terkena dampak apabila kendaraan bermotor listrik mulai populer di Indonesia yaitu pelumas dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, baik itu mobil maupun sepeda motor listrik tidak lagi memerlukan kedua cairan tersebut seperti kendaraan bermesin bensin dan diesel.

Andria Nusa, Ketua Umum Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) menyadari bahwa kehadiran kendaraan listrik tidak bisa dielakkan. Pihaknya sudah memastikan bahwa bisnis pelumas akan mengalami penurunan ketika mobil dan sepeda motor listrik sudah populer di masyarakat.

“Sudah tentu mobil dan sepeda motor listrik itu tidak pakai pelumas dan tidak pakai BBM juga. Jadi kami yang berbisnis pelumas kalau ada mobil dan sepeda motor listrik memang yang akan terjadi penurunan penjualan, ya kita melihat itu,” ungkap Andria yang juga menjabat sebagai Direktur Sales & Marketing PT Pertamina Lubricants, dalam diskusi virtual belum lama ini.

Menurut dia, penurunan itu belum akan terjadi dalam waktu dekat. Sebab tingkat kepopuleran kendaraan listrik sekarang ini belum terlihat. Bisa jadi efek penurunan penjualan mulai terasa lima sampai 10 tahun mendatang.

“Kalau prediksi kami untuk sepeda motor listrik mungkin akan lebih cepat dibandingkan mobil listrik. Kalau mobil listrik butuh puluhan tahun. Mungkin peredaran sepeda motor listrik di bawah 10 tahun akan cukup signifikan jumlahnya. Oleh karena itu salah satu strategi diversifikasi usaha itu memang penting saat ini. Kalau kami usaha pelumas terus mungkin enggak masalah sampai 10 tahun, enggak ada penurunan signifikan. Di atas 10 tahun akan sangat berpengaruh,” terang dia.

Pertamina Beralih Ke Bisnis Pengisian Daya Kendaraan Listrik

Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang memasok kebutuhan energi, termasuk BBM bagi masyarakat. Perusahaan memandang kendaraan listrik akan menjadi moda transportasi utama di masa mendatang.

Oleh karena itu pihaknya sudah mulai bersiap-siap menghadapi era kendaraan tanpa emisi dengan melakukan sejumlah langkah strategis. Termasuk rencana pengalihan bisnis ke pengisian daya baterai untuk kendaraan listrik.

Mitsubishi i-MIEV menjadi mobil listrik yang mendemonstrasikan pengisian daya

Mitsubishi i-MIEV menjadi mobil listrik yang mendemonstrasikan pengisian daya di fasilitas charging station BPPT RI (Istimewa)

“Pertamina sudah punya pilot project Green Energy Station (“GES”) di SPBU, Kuningan Jakarta. Di sana disediakan tempat pengecasan mobil listrik. Tentunya ini akan dikembangkan lebih lanjut. Karena tren energi kedepan bahan bakar fosil akan berkurang, mungkin di masa depan BBM enggak ada lagi,” ungkap Eko Kristiawan, Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III, baru-baru ini.

Dia menambahkan, Pertamina menyikapi perkembangan teknologi dengan bijak, artinya tren bisnis akan bergeser.

Sementara itu, Probo Prasiddhahayu, Pertamina Sales Area Manager Retail mengatakan, melihat perkembangan teknologi yang terkait dengan mobil dan sepeda motor listrik, Pertamina tidak akan diam.

“Kami sangat serius melihat peluang di sini, bahkan kami dari tim RnD sudah memiliki banyak strategi yang siap untuk memenuhi kebutuhan kendaraan-kendaraan listrik. Jadi kami pun siap memasok energinya,” tutur Probo.

Penulis: Santo

Editor: Lesmana

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts