Berita Sepeda motor

Sejarah Awal Harley-Davidson Dipakai Oleh Militer, Tidak Cuma untuk Perang

Harley-Davidson Sejak Lama Dipakai Kalangan Militer (Foto Rideapart)

California – Peran sepeda motor tak bisa dipisahkan dari aktivitas militer sejak Perang Dunia I. Kendaraan roda dua sudah sejak lama dibutuhkan tentara untuk mobilisasi yang cukup cepat.

Penggunaan sepeda motor dimulai sebelum pecah Perang Dunia I. Angkatan Darat AS menyatakan minatnya terhadap semua sepeda motor baru yang berseliweran di jalanan pada saat itu. Kalangan tentara melihat sepeda motor ini cukup cepat, lincah dan ukurannya ringkas.

Militer AS kemudian memesan sejumlah Harley-Davidson dan Indian untuk diuji coba. Setelah itu, kuda besi kemudian jadi kendaraan tempur andalan bagi berbagai aktivitas kemiliteran. Jadi, motor tidak cuma digunakan untuk peperangan saja.

Hingga akhir Perang Dunia II, sepeda motor mengisi sejumlah peran militer penting, termasuk pengintaian, tugas kurir dan bahkan pertempuran ringan. Dengan demikian, kendaraan roda dua fungsi vitalnya saat itu sebagai dukungan komunikasi dan logistik militer.

Setelah perang, perbaikan dalam teknologi komunikasi secara besar-besaran mengakhiri penggunaan sepeda motor dalam skala besar di militer kecuali untuk peran kecil seperti pengintaian dan operasi khusus.

Lantas, apa saja motor yang sering digunakan oleh kalangan militer? Berikut ini uraian singkatnya motor militer sejak awal abad ke-20 sebagaimana dikutip dari Ride Apart.

Harley-Davidson seri J dan JD

Menjelang Perang Dunia I, Amerika terlibat dalam Revolusi Meksiko. Lelah dengan gangguan Pancho Villa di sepanjang tembok perbatasan, Presiden Wilson mengirim Jenderal John J. “Black Jack” Pershing dan beberapa unit kavaleri Angkatan Darat AS turun ke Meksiko untuk menangkap Villa.

H-D Seri J dan JD (Foto Rideapart)

Ternyata, operasi khusus ini tidak berjalan mulus dan AD tidak bisa menangkap Villa. Meskipun misi ini gagal, Angkatan Darat telah belajar pelajaran penting mengenai nilai sepeda motor dalam pertempuran. Sebelum ekspedisi Meksiko, Angkatan Darat sudah bereksperimen dengan menggunakan sepeda motor dalam berbagai peran tempur.

Militer kemudian memesan H-D seri J dan JD untuk dukungan operasi. Seri J dan JD didukung mesin V-twin 999 cc berpendingin udara. Motor solo untuk pasukan ini memakai sespan tambahan untuk penumpang dan membawa persenjataan. Bahkan, beberapa unit diubah supaya bisa membawa tandu untuk mengangkut pasukan yang terluka.

Motor-motor ini bekerja dengan sangat baik di medan sulit sepanjang perbatasan. Ini membuktikan sepeda motor bisa dipakai untuk mobilisasi massa dalam pertempuran.

Harley-Davidson Model 17F / J

Selama Perang Dunia I, sepeda motor bikinan Harley jelas-jelas diunggulkan. Padahal, motor ini lambat, kurang tangguh dan tidak lincah seperti motor dari Indian. Segala kelemahan ini tidak membuat AD berpaling dan bahkan memesan puluhan ribu unit.

H-D Model 17F (Foto Rideapart)

Untuk Model 17F ini masih memakai mesin serupa keluarga J sebelumnya, V-twin 999 cc dengan transmisi tiga percepatan. Kabarnya, sejumlah 20 ribu unit Model 17 dilengkapi sespan untuk membawa senjata, amunisi dan berbagai perlengkapan.

Karena populasi yang cukup banyak di kalangan militer, membuat merek H-D melampaui Indian sebagai sepeda motor paling populer di Amerika. Selama perang, Harley melatih mekanik tentara melalui “Quartermaster School”. Mekanik yang dilatih oleh Harley berkesempatan membeli motor seperti keinginan mereka. Inilah cikal bakal komunitas penggemar moge asal Milwaukee itu.

Harley-Davidson WLA

Pada akhir 30-an, H-D telah menyalip Indian sebagai pabrikan sepeda motor utama Amerika. Ketika Perang Dunia II mulai berkecamuk, ternyata Amerika Serikat masih lamban dalam produksi kendaraan tempur. Pemerintah kembali meminta H-D untuk produksi motor militer.

H-D WLA (Foto: Rideapart)

Untuk menjawab panggilan tugas itu, Harley menciptakan WLA. Motor yang diperkenalkan pada 1940 ini dibangun dari model WL yang populer. Moge ini didukung mesin yang lebih kecil ketimbang seri J, yakni 737,4 cc berpendingin udara.

Motor ini memang sederhana, tapi tahan lama dan serba guna karena dirancang untuk kemudahan pemeliharaan dan keandalan medan perang. Begitu AS memasuki perang, produksi WLA meroket. Akhirnya lebih dari 90.000 WLA dibangun, dengan banyak dikirim ke sekutu kami melalui program pinjaman-sewa.

WLA mengalami sejumlah modifikasi untuk mempersiapkan mereka untuk keperluan militer. Motor ini dicat dengan hijau gelap dan aksen hitam, atau kamuflase ala militer lainnya agar tidak mudah terdeteksi.

Selain itu, sejumlah aksesoris modular disediakan untuk menyesuaikan sepeda untuk misi yang berbeda. Saddlebag, sarung senjata, kotak amunisi dan alat pengangkut adalah peralatan standar di motor. (dna)

Tutus Subronto

Tutus Subronto memulai karirnya di dunia otomotif sebagai jurnalis di Media Indonesia. Sejak 2008, telah meliput beragam kegiatan otomotif nasional. Terhitung Januari 2014 masuk sebagai tim Content Writer di Carmudi Indonesia. Kini terlibat di tim editorial Journal Carmudi Indonesia untuk mengulas dan publikasikan berita-berita otomotif terbaru. Email: tutus.subronto@icarasia.com

Related Posts