Berita

TMMIN Berharap 20 Persen Mobil Toyota Sudah Listrik pada 2025

Jakarta – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) selaku anak perusahaan dari Toyota Motor Corporation (TMC) telah menyiapkan langkah-langkah khusus untuk bisa memproduksi mobil listrik secara lokal.

Bob Azam Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal TMMIN, mengatakan upaya ini sebagai salah satu cara supaya Toyota bisa masuk ke dalam industri hijau. Selain itu, dalam rangka mendukung strategi pemerintah Indonesia menuju netral karbon pada 2070.

Mobil Toyota

Toyota Prius mobil dengan teknologi PHEV (Foto: Carmudi)

“Itu sesuatu yang enggak mudah, tapi bukan enggak mungkin dicapai. Kita harus bangun peta jalan dan berharap bisa bekerjasama dengan stakeholder yang ada untuk membangun peta jalan. Serta menyusun langkah-langkah strategis yang akan kita lakukan year by year-nya,” ungkap Bob Azam dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/4/2021).

Bob menambahkan, pada 2025 mendatang pihaknya berharap sekira 20 persen model-model Toyota sudah listrik di mulai dari mobil dengan teknologi hybrid.

“Kita upayakan dengan meng-hybrid-kan model-model yang sudah ada, sehingga existing industri bisa kita jaga. Sekaligus kita bertransformasi, kemudian kita juga akan menghadirkan teknologi lain baik yang baterai dan sebagainya. Kita pun berharap bisa diproduksi di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memenuhi target pemerintah untuk mengurangi emisi,” sambung dia.

Mobil Listrik Toyota

Sewa Mobil Listrik Toyota di Bali bisa dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi yang telah ditentukan (Foto: TAM)

Toyota Ingin jadi yang Terdepan dalam Elektrifikasi

Pemerintah Indonesia mencanangkan percepatan program kendaraan listrik untuk mengurangi emisi dan impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

Toyota dukung upaya pemerintah tersebut dan kami berusaha jadi yang terdepan dalam elektrifikasi dengan menyediakan mobil listrik mulai dari Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHRV) dan full baterai atau Electric Vehicle (EV). Di prinsipal kita, semua model sudah ada, tinggal nanti disesuaikan dengan permintaan pasarnya,” terang Bob Azam.

PPnBM mobil 2.500 cc

Pabrik mobil Toyota (Foto: Carmudi)

Kendati demikian, lanjut Bob masalah kedepan yang harus dihadapi dengan hadirnya mobil listrik yaitu soal permintaan dari konsumen. Bagaimana menciptakan permintaan dan memberikan edukasi kepada publik, serta membangun ekosistem mobil listrik.

“Sebab mobil listrik ekosistemnya berbeda dengan kendaraan konvensional. Ekosistem yang harus di bangun bukan hanya masalah stasiun pengisian daya, tapi juga menyangkut masalah infrastruktur lainnya. Seperti pembiayaan dan lain sebagainya,” tambahnya.

Sedangkan dari sisi industri harus mempersiapkan supply chainnya dalam menghadapi elektrifikasi dan paling penting Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kita sudah punya advantage, punya nikel. Tetapi Sumber Daya Alam (SDA) saja enggak cukup harus diimbangi dengan kualitas SDM. Jadi SDM harus disiapkan dari hulu sampe hilir,” pungkas dia.

Toyota Alphard Hybrid (Foto: Santo/Carmudi)

Terkait hal tersebut, Toyota tidak bisa bekerja sendiri harus ada campur tangan pemerintah dan merek-merek mobil lain untuk menciptakan permintaan.

“Karena permintaan untuk kendaraan listrik masih sangat kecil. Tantangannya sangat besar, tapi kita optimis Indonesia dengan leadership dari pemerintah kemudian support dari brand lain yang ada, kita bisa bangun road map,” pungkas dia.

Baca Juga: 

Penulis: Santo Sirait

Editor: Dimas

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts