Berita

Transmisi A/T Mitsubishi Xpander Masih 4-Percepatan, Perusak Kesempurnaan?

Jakarta – Proses unveiling calon MPV masal Mitsubishi terbukti menghebohkan Tanah Air. Bukan hanya membuat rasa penasaran kami membara, antusiasme pembaca pun sangat terlihat ketika wujud asli Xpander akhirnya diumumkan bahkan tanpa nama dan harga resmi.

Selain desain yang sulit dipercaya berlebih tampan untuk sebuah L-MPV dengan fascia khas Dynamic Shield dan banyaknya goresan seperti di konsep XM, dimensi lebih besar dibanding para pesaing, hingga fitur berlimpah membuat “the long-awaited” Three Diamonds ini siap menyerbu pasar yang selama ini didominasi oleh Toyota Avanza, Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga.

Baca Juga: Bocoran Harga dan Daftar Fitur Mitsubishi Xpander

Namun di balik semua kesempurnaan itu, yang jadi sumber kehidupan atau jantung dari versi produksi XM Concept ini tetap adalah mesinnya.

Dan dari yang diberitahu secara resmi oleh PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia, kami hanya tahu sedikit perihal jantung mekanis ini.

Adalah unit 4-silinder segaris berkapasitas 1.499 cc yang sanggup menghasilkan tenaga 118 hp dan torsi 145 Nm. Angka yang sangat antusias, head-to-head atau bahkan lebih besar dibanding Mobilio yang selama ini menjadi pemimpin di kelasnya.

Namun apakah ini mesin baru?

Berdasarkan bocoran spesifikasi angka persis kapasitas, bore 84,8 mm dan stroke 75 mm hingga rasio kompresi 10,5:1, kami hanya menemukan kecocokan spesifikasi mesin ini dengan tipe 4A91, yang dulu juga pernah digunakan sedan Lancer.

Well, mesin lama berarti sudah terbukti, tak masalah kan? Hanya saja, janggal ketika melihat jantung tersebut dipasangkan ke kedua roda depan via transmisi otomatis 4-percepatan atau 4A/T. Sekilaspun, kami terbengong melihatnya.

Lalu, apa masalah dari transmisi ini?

Pada dasarnya, rasio yang hanya ada empat gigi berarti per giginya akan dibekali nafas cukup panjang sehingga misalnya ketika membutuhkan putaran mesin yang lebih presisi saat kickdown, mesin akan cenderung berputar lebih tinggi dibanding yang dibutuhkan atau sebaliknya.

Ditambah lagi, jika benar ini adalah glorified 4A91 dengan 4 A/T yang tidak mendapat banyak ubahan, perpindahan gigi baik saat upshift maupun downshift akan terasa jauh lebih menyentak dibanding 6 A/T.

Ya, tentu, pesaing terberat Xpander seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia dan Suzuki Ertiga juga masih memilik transmisi otomatis yang serupa. Namun mengingat Mitsubishi merancangnya from the ground up, mengapa tidak sekalian menyematkan transmisi yang lebih modern?

Xpander Next Generation MPV?

Apalagi menyebut calon mobil sejuta umat baru ini sebagai “Next Generation MPV”. Memasukkan transmisi tua di mobil generasi selanjutnya? Shame on you, Mitsubishi…

Sebuah CVT atau torque converter 6 A/T akan jauh lebih dihargai. Karena motto yang digunakan di atas paling tidak harus membuat Xpander future proof, alias tetap terasa baru di masa depan sekalipun.

Tentunya, kerugian lain penggunaan transmisi yang hanya 4 gigi ini biasanya seperti putaran mesin tinggi ketika melaju konstan di 100 km/jam, hingga kickdown yang menyebabkan jarum takometer terlalu sering di angka yang berlebihan dan menyebabkan ujung-ujungnya bahan bakar yang lebih boros.

Seandainya Avanza mengeluarkan facelift untuk mesin NR-nya dengan transmisi CVT yang sekarang sudah digunakan Yaris dan Sienta. Serta menyamakan fitur jagoan baru sang Tiga Berlian tersebut, harus tertinggal lagikah?

Memang, bagaimana rasa mesin dan transmisi bukan jadi hal yang pertama diperhatikan konsumen di dalam negeri. Tampang yang mendukung, ditambah fitur class leading biasanya lah yang menarik perhatian konsumen lebih banyak.

Tetap saja, justru rasa dari mesin dan transmisi lah yang harus Anda hadapi sehari-hari ketika menjadikannya komuter harian, kan?

Anyway, hal di atas adalah opini kami. Pihak resmi dari PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia pun masih enggan menjawab pertanyaan. Terkait alasan penggunaan transmisi dan mesin yang bersangkutan.

Bagaimana menurut kalian? Tidak masalahkah semua yang didapat di awal bila harus dipasangkan ke sebuah transmisi ‘jadul’? Sampaikan pada kolom komentar di bawah ya..(Penulis: Bagja Pratama)

Dony Lesmana

Dony Lesman memulai karirnya di dunia jurnalis di Jawa Pos Surabaya 2003. Hijrah ke Jakarta bergabung di majalah Otomotif Ascomaxx dan Motomaxx di 2010. Sempat bergabung di portal berita Sindonews.com di kanal Autotekno hingga 2016 yang mengupas perkembangan otomotif dan teknologi. Terhitung Januari 2017 masuk sebagai tim Journal Carmudi Indonesia yang mengulas dan mempublikasikan berita-berita otomotif terbaru di Indonesia maupun dunia.

Related Posts