Berita Mobil Sumber informasi

Jika Indonesia Masih Buat Mobil Nasional Konvensional, Itu Sangat Tertinggal (2)

Surabaya – Dalam membuktikan perkembangan mobil listrik dunia, Dahlan sengaja membeli Tesla. Sebagai pilihan adalah model S full option (semua komponennya yang terbaik).

“Jadi, saya membeli ini bukan ingin punya Tesla atau harus punya Tesla. Agar masyarakat Indonesia tahu bahwa mobil listrik buatan Amerika sudah sedemikian majunya,” tegasnya.

Menurut Dahlan, Indonesia harus bangkit dari ketertinggalan saat ini. Jika tidak, Indonesia akan makin tertinggal lebih jauh. Padahal, mobil listrik merupakan mobil masa depan yang bisa diwujudkan.

Dirinya mengungkapkan kalau masa depan teknologi mobil listrik, tidak terbendung. Hal ini dibuktikan dengan kapitalisasi Tesla yang melebihi Ford.

Saat ini Tesla baru memproduksi sekitar 700 ribu mobil listrik. Sedangkan Ford dalam setahun memproduksi 7 juta mobil (berbahan bakar minyak/BBM). Akan tetapi nilai pasar perusahaan Tesla lebih besar daripada Ford.

“Kenapa bisa begitu? Ya karena orang percaya Tesla itu punya masa depan. Sedangkan mobil bensin akan menjadi masa lalu,” ujar Dahlan.

Pernyataan menggelitik dilontarkan Dahlan, jika Indonesia masih berpikir mewujudkan mobil nasional konvensional, itu sangat tertinggal. Dahlan mengibaratkan sebuah perlombaan maraton.

Negara-negara yang memproduksi mobil konvensional saat ini sudah mencapai finis. Sedangkan Indonesia baru akan memulai.

“Jadi, sulit terkejar, berbeda dengan mobil listrik, ketertinggalan Indonesia dari negara lain tidak terlalu jauh,” kata Dahlan.

Baca juga: Dahlan Iskan Beli Mobil Tesla Buktikan Kalau Mobil Listrik Itu Ada (1)

Waktunya Kembangkan Mobil Listrik

Dahlan juga menegaskan, ide dan dukungannya terhadap mobil listrik bukan untuk kepentingan pribadinya. “Saya tegaskan, saya tidak akan bisnis mobil listrik. Saya hanya ingin menggerakkan Indonesia, harus mampu memproduksi mobil listrik,” katanya.

Dia mempersilakan siapa pun yang ingin berbisnis mobil listrik. Karena itu, iklim mobil listrik di Indonesia harus dibangun.

Sejak empat tahun lalu, Dahlan memang mencetuskan ide riset mobil listrik. Saat itu Dahlan menggunakan uang pribadinya sudah membiayai riset-riset pengembangan mobil listrik yang dilakukan putra-putra terbaik Tanah Air.

Saat itu ide Dahlan ditangkap pemerintah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengundang keterlibatan kampus-kampus. Roadmap pengembangan mobil listrik nasional pun dibuat.

Saat itu pemerintah juga menugaskan Dahlan untuk membuat prototipe mobil listrik guna keperluan APEC 2013.

Sayang, konsep brilian itu kini terhambat. Dahlan sebagai pencetus mobil listrik justru diperkarakan oleh Kejaksaan Agung. Dia dianggap bersalah dalam pembuatan prototipe mobil listrik untuk APEC 2013.

Padahal, pembuatan prototipe itu tidak menggunakan dana APBN. Namun sumber dananya diambilkan dari dana sponsorship tiga perusahaan BUMN.

Sejumlah pakar menilai, jika ada kesalahan, perkara tersebut lebih ke persoalan perdata. Karena itu, menjadikan Dahlan sebagai tersangka dianggap terlalu memaksakan diri.

Dony Lesmana

Dony Lesman memulai karirnya di dunia jurnalis di Jawa Pos Surabaya 2003. Hijrah ke Jakarta bergabung di majalah Otomotif Ascomaxx dan Motomaxx di 2010. Sempat bergabung di portal berita Sindonews.com di kanal Autotekno hingga 2016 yang mengupas perkembangan otomotif dan teknologi. Terhitung Januari 2017 masuk sebagai tim Journal Carmudi Indonesia yang mengulas dan mempublikasikan berita-berita otomotif terbaru di Indonesia maupun dunia.

Related Posts