Berita Tips dan Trik

Mau Beli Mobil Jepang? Ketahui Dulu Kekurangannya

Data GAIKINDO menyebutkan bahwa mobil keluaran Jepang telah menguasai pasar otomotif di Indonesia sebesar 97,99% hingga November 2017.

Angka tersebut naik 2% dari tahun sebelumnya di bulan yang sama, dengan torehan penjualan sebanyak 92.452 unit. Capaian tersebut tak lepas dari komitmen pabrikan Negeri Sakura yang terus melakukan inovasi pada produk unggulannya.

Merunut sedikit ke belakang melihat sejarah, mobil Jepang pertama masuk ke Indonesia pada 1961. Saat itu 100 unit Toyota Land Cruiser beratap kanvas (terpal), dibeli oleh Departemen Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa untuk kebutuhan proyek transmigrasi di seluruh penjuru Tanah Air.

Jip Toyota Kanvas ini sempat menjadi kendaraan dinas kebanggaan Mayjen Soeharto pada 1961-1965. Selain itu, di jalanan Jakarta bermunculan bemo alias Daihatsu Midget yang didatangkan dari Jepang sebagai rampasan perang dalam rangka persiapan Asian Games IV 1962 di Jakarta. Kedua kendaraan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dominasi mobil buatan Jepang di Indonesia.

Kembali ke masa kini, mobil Jepang memang tidak sendirian. Di sekitarnya berbagai merk mobil terus melakukan pembaharuan dan pembenahan.

Misalnya pabrikan asal Eropa yang lebih dulu eksis lewat deretan mobil dengan spek mumpuni, atau pabrikan Amerika Serikat bersama General Motors yang mendirikan pabriknya di Tanjung Priuk, Jakarta pada 1937.

Kemudian dari segala keunggulan mobil besutan Jepang, bukan berarti luput dari kekurangan. Berikut ini adalah beberapa kekurangan mobil Jepang secara umum dan bisa menjadi acuan sebelum membeli mobil Jepang.

mobil jepang

Mobil Jepang masih menguasai pasar Indonesia

Spesifikasi Seadanya

Mobil Jepang yang kini beredar memang memiliki model yang bermacam-macam dan cukup terjangkau. Harga yang murah bukan hanya dikarenakan pabriknya yang telah menjamur di Indonesia, tapi juga spesifikasinya yang memang ‘seadanya’.

Spek mobil Jepang rata-rata memang didesain untuk kendaraan yang efisien dan kompak. Apalagi dengan kemunculan mobil LCGC (Low Cost Green Car). Mobil murah ini dibekali spesifikasi pas-pasan. Mulai dari kapasitas mesin, fitur keamanan hingga keselamatan seolah-olah hanya untuk memenuhi regulasi minimum yang ditetapkan di Indonesia.

Ambil contoh misalnya material plastik murahan yang tipis yang kini sangat mudah ditemukan di hampir seluruh desain interior mobil Jepang. Selain itu, tidak seperti mobil Eropa atau Amerika, mobil Jepang memiliki material yang lebih rapuh pada eksteriornya.

Onderdil atau sparepart mobil Jepang memang sangat mudah ditemukan dan juga didukung oleh pelayanan yang baik. Tapi hal ini juga mengindikasikan bahwa sparepart mobil Jepang tidak seawet mobil Eropa atau Amerika.

mobil jepang

Datsun Go saat uji NCAP

Pelit Fitur

Demi menjaga production cost agar tetap ramping, mobil Jepang memiliki kebiasaan hanya membekali fitur-fitur tertentu saja. Padahal, para pesaingnya dari pabrikan negara lain tampak selalu mengedepankan inovasi pada pengalaman berkendara melalui terobosan teknologi canggih dan kompleks.

Selain itu, pabrikan asal Jepang sangat gemar membagi-bagi mobil mereka ke beberapa varian. Pilihan-pilihan tersebut diklaim untuk memudahkan para konsumen memilih fitur-fitur yang tersedia. Jika kembali dibandingkan dengan, misalnya mobil Eropa, hampir tidak ditemukan mobil mana yang membagi variannya lebih dari 2 atau 3 macam.

Usia Pakai Pendek

Mobil Jepang, terutama keluaran 2 dekade terakhir mengadopsi material yang bisa dibilang tipis dan mudah keropos. Sebenarnya penggunaan material ini agar mobil menjadi lebih ringan dan dapat menambah daya laju mobil atau juga dapat mengurangi konsumsi BBM.

Tapi inovasi tersebut justru dapat berimbas pada usia pakainya. Mobil Jepang sekarang rata-rata memiliki usia layak pakai paling lama sekitar 15 tahun, beda dengan mobil Eropa yang bisa menembus 20-25 tahun. Ya, tapi tergantung pada pemeliharaannya dan perawatannya, sih.

Usia pakai yang pendek ini juga disebabkan oleh produsennya sendiri. Mobil Jepang lebih sering melakukan facelift pada variannya. Facelift ini justru dianggap akan dapat mematikan model sebelumnya karena telah dianggap ketinggalan zaman, padahal penggunaannya baru 2 atau 3 tahun.

Kapasitas Mesin Kecil

mobil jepang

Daihatsu Move

Kei car di Jepang sudah tidak aneh lagi, mobil dengan bentuk sangat kompak dengan kapasitas mesin maksimal 660cc ini pun coba diadaptasi di Indonesia. Adaptasi dilakukan dengan berbagai penyesuaian seperti pada kapasitas mesin dan fitur. Namun tetap ada yang kurang sesuai untuk pasar lokal.

Mobil bermesin kecil kurang cocok jika dibawa jarak jauh seperti keluar kota. Masyarakat Indonesia sebenarnya lebih membutuhkan kendaraan dengan durabilitas tinggi. Manfaatnya akan sangat terasa ketika musim mudik atau liburan tiba.

Tak Segarang Model Lama

Siapa yang tidak kenal dengan Toyota Kijang Kapsul, Toyota Starlet, Honda Civic Estilo, Honda Accord hingga Mitsubishi L300?

Ya, mobil tersebut di atas adalah mobil keluaran lama dari masing-masing pabrikan. Nyaris seluruhnya kini masih berada di harga jual yang cukup tinggi. Hal inilah yang membuktikan bahwa poin-poin kekurangan mobil Jepang adalah benar.

Selain dari material eksterior dan interior, meskipun beberapa diantaranya masih menggunakan sistem pembakaran lama, namun mobil Jepang model lama memiliki desain yang timeless dan mesin yang tergolong bandel.

Tapi soal fitur, memang harus diakui bahwa model lama tidak bisa dibandingkan karena itu semua akan berbanding lurus pada zaman atau hitungan tahun usianya. (dna)

Dimas Hadi

Memulai karir sebagai jurnalis otomotif sejak 2016 di Carmudi Indonesia. Sebelumnya aktif menulis bermacam esai sosial-budaya dan beberapa karya tulis lainnya sejak 2009. Email : dimas.hadi@icarasia.com
Follow Me:

Related Posts