Berita Mobil Reviews Sumber informasi

Jajal Langsung Mitsubishi Xpander Di Jalan Raya, Benarkah Jadi Low MPV Ternyaman?

Jajal Xpander

Mitsubishi Xpander dengan desain lampu unik, tampang depan garang dengan bahasa desain Dynamic Shield, fitur ekstra-berlimpah untuk harga varian tertinggi yang masih di bawah Rp 246 juta on the road Jabodetabek (Carmudi Indonesia/Rosano)

Jakarta – Ketika pertama menarik tudung yang menutupi rupa versi produksi dari XM Concept untuk pertama kalinya, wujud asli Mitsubishi Xpander cukup membuat kami terkejut.

Desain lampu unik, tampang depan garang dengan bahasa desain Dynamic Shield, fitur ekstra-berlimpah untuk harga varian tertinggi yang masih di bawah Rp 246 juta on the road Jabodetabek. Semua terdengar baik untuk kontender terbaru di kelas yang siap bertemu Toyota Avanza, Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga ini.

Namun yang membuat kami cukup skeptis, adalah teknologi suspensi belakang Xpander yang dikatakan diambil langsung dari sang legendaris, Mitsubishi Lancer Evolution. Apa jadinya bila sebuah Low MPV menggunakan teknologi suspensi mobil reli?

Ini adalah part 2 dari artikel test drive review Carmudi soal Mitsubishi Xpander. Pada bagian ini, kami akan berbicara soal kenyamanan, konsumsi bahan bakar, peredaman suara dan handling dari jagoan Low MPV anyar pabrikan Jepang berlogo Tiga Berlian ini.

Baca Juga: Mencoba Langsung Performa Mitsubishi Xpander di Jalan Raya Lebih dari 200 Km

Seperti yang kami katakan sebelumnya, Carmudi mendapat kesempatan menjajal Xpander secara eksklusif mengitari Jakarta selama lebih dari 200 km untuk beberapa hari.

Yes, katakan saja kami sudah mengenal keluarga terbaru PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) ini secara lebih dalam.

Oke, langsung ke soal kenyamanannya untuk dijajal sehari-hari.

Seperti mayoritas Low MPV lainnya, jenis suspensi Xpander menggunakan MacPherson Strut di depan dan Torsion Beam di belakang. Yang membedakan, Xpander juga mengaplikasikan shock absorber valve di peredam kejut depan-belakangnya, yang diklaim dapat memberi quick response sehingga membuat kendaraan bisa melaju lebih stabil.

Sedangkan di belakang, konstruksi suspensi Xpander diperumit dengan reinforcement tambahan , forged large spindle dan trailing arms-nya.

Cukup teorinya, bagaimana rasa suspensi ini di jalanan? Singkatnya, belakang: sangat nyaman, depan: keras.

Jujur, konfigurasi suspensi Xpander sangat jarang kami temui. Karena biasanya, suspensi belakang terasa jauh lebih keras dibanding yang depan. Di Xpander, rasa bantingan yang kasar akan lebih sering ditemui ketika ban depan menghantam sesuatu, sedangkan di belakang akan teredam lebih baik ke keseluruhan bodi.

Maksud kami, ketika bagian belakang menghantam polisi tidur, penumpang yang duduk di baris kedua atau ketiga tidak akan terpental parah, namun yang depan akan cukup terasa bantingannya terutama di sekitar dasbor.

Sebenarnya secara umum, karakter suspensinya masuk ke kategori nyaman di kelas Low MPV. Namun tidak sampai kami katakan menjadi breakthrough, karena bila kenyamanan istimewa yang anda cari, kami yakin Suzuki Ertiga dan Nissan Grand Livina mampu memberi feel yang lebih baik.

Bagaimana dengan kestabilannya? Sebenarnya, bodyroll Xpander cukup besar ketika menikung di kecepatan cukup tinggi. Namun harus diingat lagi, ground clearance Xpander mencapai 205 mm. Angka itu lebih tinggi 5 mm dibanding di Avanza-Xenia atau bahkan Rush-Terios, yang memiliki rasa bodyroll yang jauh lebih parah dan masih limbung pula.

Jadi memang, untuk ketinggian ekstra ini, kestabilan Xpander masih termasuk wajar untuk sebuah low MPV, meski harus kami tekankan lagi, Ertiga dan Mobilio akan terasa lebih stabil berkat ground clearance yang jauh lebih rendah.

Oh iya, somehow kami merasa profil ban yang lebih besar akan lebih cocok di sini karena bodi Xpander yang terlihat berlebih besar ketika dibandingkan velg dan bannya.

Suspensi Xpander

Jenis suspensi yang dipakai Xpander adalah MacPherson Strut di depan dan Torsion Beam di belakang (Carmudi Indonesia/Rosano)

Putaran setir tergolong ringan, meski karena balutan kulit di lingkarnya, rasa mengenggamnya termasuk mantap. Feedback-nya termasuk akurat untuk kecepatan rendah sampai medium. Terasa effortless, namun tidak sampai hambar seperti Confero S.

Meski di kecepatan tinggi di atas 100 km/jam, deadzone akan jauh lebih banyak, butuh cukup banyak koreksi dan putarannya menjadi terlalu ringan.

Apakah buruk untuk sebuah Low MPV? Sama sekali tidak. Apalagi, radius putarnya tergolong lumayan kompak di 5,2 meter mengingat bodinya yang lebih panjang dibanding kompetitor.

Soal peredaman suara, kami harus takjub di sektor ini karena Mitsubishi melakukan PR-nya dengan benar. Suara mesin 4N91 teredam dengan sempurna, tetap tenang bahkan di atas 100 km/jam. Suara ban Bridgestone Ecopia berdiameter 16 incinya pun minim yang masuk ke kabin, apalagi suara dari luar yang terbukti dari seberapa beratnya suara pintu saat ditutup.

Nice!

Terakhir, bagaimana soal konsumsi bahan bakar?

Tampaknya, Mitsubishi mengambil jalan aman dengan mesin 4N91 ini. Meski unit lawas, namun karakternya cenderung mengembalikan konsumsi bahan bakar yang irit.

Mengitari Jakarta lebih dari 200 km dengan kecepatan rata-rata 21 km/jam misalnya, konsumsi bahan bakar yang tercantum di MID tidak jauh-jauh dari 11 km/liter. Bila jalan lebih kondusif, kami yakin mencapai angka di atas 15 km/jam tidak akan terlalu sulit.

Penasaran hasil test drive dan review lengkap kami? Tunggu video REVIEW Mitsubishi Xpander diunggah di Channel Youtube Carmudi Indonesia nanti yaa…

Tutus Subronto

Tutus Subronto memulai karirnya di dunia otomotif sebagai jurnalis di Media Indonesia. Sejak 2008, telah meliput beragam kegiatan otomotif nasional. Terhitung Januari 2014 masuk sebagai tim Content Writer di Carmudi Indonesia. Kini terlibat di tim editorial Journal Carmudi Indonesia untuk mengulas dan publikasikan berita-berita otomotif terbaru. Email: tutus.subronto@icarasia.com

Related Posts