Reviews

Test Drive Honda Accord: Menuju Rancabali Bersama Sedan Mewah

Test Drive Honda Accord – Beruntung saya menjadi jurnalis otomotif karena bisa mencoba berbagai mobil terbaru. Salah satu kesempatan yang baru saja saya rasakan adalah melakukan test drive Honda Accord generasi terbaru.

Sebenarnya mobil sedan mewah ini sudah diluncurkan sejak 2019 silam. Namun saya baru bisa mendapatkan kesempatan untuk mencicipinya pada tahun 2021. Rasanya memang sedikit telat, tetapi tak apalah, yang terpenting bisa mencicipi daripada tidak sama sekali. 

Pada kesempatan test drive Honda Accord kali ini, saya mencoba mengendarai sedan premium ini ke kawasan Rancabali, Bandung, Jawa Barat. 

Perjalanan saya mulai pada Sabtu hingga Minggu pekan lalu. Saya memulai perjalanan dari Jakarta pada pukul 06.00 WIB melewati jalur Puncak, Cipanas hingga menuju Padalarang. 

Tujuannya adalah mendapatkan impresi berkendara yang maksimal. Jalur Puncak hingga Padalarang merupakan jalur alternatif yang sudah mulai dilupakan untuk menuju ke Bandung.

Kontur jalannya pun bisa dibilang cukup lengkap karena terdiri dari tanjakan, turunan, belokan meliuk-liuk, hingga jalan bergelombang. Cocok, kan, untuk menyiksa Honda Accord

Performa Mesin Cukup Nikmat

Perjalanan saya mulai dengan memasuki Tol Jagorawi dan keluar menuju Gerbang Tol Ciawi. Sepanjang perjalanan saya mencoba mode Sport dan Eco.

Pada mode Eco mesin benar-benar terasa lemot dan boyo. Maklum, tujuannya untuk memberikan konsumsi bahan bakar yang baik. 

Pada saat dipindah ke mode Sport, karakter mesin seketika berubah. Ibarat kura-kura kini berubah menjadi kelinci, seperti itulah gambaran mode Eco dan Sport.

Pedal gas pastinya segera saya injak, tak terasa kecepatan mobil sudah mencapai 140 km/jam. Seperti suara Isyana Sarasvati saat melantunkan lagu bertema seriosa, raungan mesin dan knalpot terdengar sampai ke dalam kabin dan rasanya benar-benar merdu.

“Duuuh, suaranya enak banget!” seru saya dalam hati. Saya pun terlena hingga memacu mobil dengan kecepatan lebih dari 150 km/jam. 

Saat memakai mode Sport, barulah paddle shift ini sangat cocok digunakan. Saya sempat berpikir, buat apa ya sedan mewah seperti Accord ini dipakaikan paddle shift?

Ternyata baru bisa terpakai saat dikendarai sendirian dengan mode Sport. Sensasi melesat kencang bersama sedan mewah benar-benar nikmat sekali, apalagi di mode Sport dengan paddle shift.

“Ingat jangan kencang-kencang, lagi sama istri dan anak, nih,” omel istri saya sembari memukul badan saya.

Wah, saking asyiknya ternyata kebablasan terlalu kencang nih, hehehe. 

Ya sudah, saya segera mematikan mode Sport dan kembali ke mode Comfort.

Mesin yang bersemayam di balik kap mesin sebenarnya sama dengan mesin Honda CR-V berkapasitas 1.498 cc, 4 silinder, 16 katup, VTEC, turbocharge, drive by wire. Tenaganya mencapai 189 hp @5.500 rpm dengan torsi 260 Nm @1.600-5.000 rpm.

Tenaga dan torsi tersebut disalurkan ke penggerak roda depan oleh transmisi otomatis CVT dengan teknologi Earth Dream. Walaupun sama, karakter mesin Accord dibuat lebih smooth dibanding CR-V

Suspensi Lembut

Keluar Gerbang Tol Ciawi, saya melanjutkan perjalanan menuju Padalarang via Cianjur, Cipatat dan berakhir di Padalarang. Sepanjang perjalanan bisa dibilang jalannya tidak terlalu bagus.

Tapi suspensinya masih terbilang nyaman untuk digunakan perjalanan luar kota. Beberapa kali saya tidak bisa menghindari lubang agak besar dan speedtrap.

Satu hal yang cukup terasa, yakni suspensi bagian belakangnya agak keras. Suspensi depannya mirip dengan karakter Honda CR-V yang empuk dan lembut.

Diajak melewati berbagai tikungan, ibarat melihat penyanyi dangdut Ayu Ting-ting menari sambil menyanyi. Mobil ini terlihat elegan tapi tetap sporty saat dilihat dari belakang.

Kok, dilihat dari belakang? Kebetulan dalam perjalanan ini saya berangkat dengan dua mobil bersama rekan saya yang menggunakan Honda CR-V.

Selama melibas tikungan melalui handy talkie saya bertanya kepada teman saya, “Mobil ini dilihat dari belakang keren, nggak?”

Teman saya langsung menjawab spontan,”Wah, ini cakep banget, ya. Kelihatan mobil mewah tapi sporty banget pas lagi meliuk di tikungan”.

Interior Membuat Betah dan Nyaman

Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Padalarang saya benar-benar merasa sangat nyaman. Jok yang dilapis bahan kulit berwarna beige memberikan kesan calm dan mewah.

Pengaturan jok depan bisa diatur secara elektrik dengan dua memori penyimpanan. Intinya, sih, cukup mudah mendapatkan posisi duduk yang sangat nyaman bersama Accord ini. 

Begitu juga di jok penumpang bagian depan. Istri saya yang duduk di depan merasa sangat nyaman duduk di mobil sedan berkapasitas 5 orang penumpang ini. 

Memasuki Wilayah Bandung

Sesaat setelah masuk daerah Padalarang, kami disambut kemacetan yang luar biasa. Ternyata ada pasar yang menjadi penyebab kemacetan. 

Berkat fitur entertainment yang ada di mobil, saya merasa enjoy-enjoy saja walaupun saat itu kondisi macet. Sayang, kualitas audio dari mobil seharga Rp700 jutaan bagi saya terdengar sangat biasa saja.

Bahkan dengan audio mobil tua asal Jerman yang ada di rumah, masih lebih baik itu meski sudah saya upgrade. Semoga saja ke depannya Honda memperbaiki kualitas audionya ya. Cukup disayangkan untuk mobil sekelas Accord audionya terasa hambar.

Setelah melewati Padalarang, kami melanjutkan perjalanan menuju Rancabali untuk keluar di Gerbang Tol Soreang. Walaupun kontur jalan di Tol Soreang bisa dibilang jelek tapi bantingan suspensi Accord masih terasa nyaman. 

Melahap Tikungan Rancabali

Kebetulan saya sendiri belum pernah ke daerah Rancabali, jadi tidak ada gambaran seperti apa jalannya. Ternyata karakter jalannya mirip seperti jalan di Puncak, Bogor. 

Jalannya menanjak disertai banyak tikungan. Tetapi sesekali disambut dengan lubang-lubang yang cukup dalam. 

“Kayaknya kita salah bawa mobil, nih, ke daerah ini. Harusnya naik SUV, ini kita malah bawa sedan,” obrol saya kepada istri.

Ternyata naik ke daerah pegunungan bersama Accord bukanah keputusan yang salah.

Kenyamanan yang diberikan Honda Accord generasi terbaru ini sukses membuat perjalanan saya tidak terasa lelah. Apalagi pemandangan dari Soreang hingga menuju Rancabali bisa dibilang sangat bagus buat warga Jakarta seperti saya.

Melihat gunung, sawah, perkebunan stroberi dan jalanan mulus jelas menjadi relaksasi bagi saya untuk melepas penat. 

Fitur Penting dan Membantu

Sepanjang perjalanan, fitur-fitur sepele tapi penting akhirnya bisa saya optimalkan. Salah satunya adalah kamera yang memberikan pandangan di head unit ke arah belakang kiri saat kita otomatis menyalakan sein kiri.

Secara tidak langsung kita diingatkan untuk melihat apakah ada mobil yang melaju kencang dari sisi belakang kiri. Fitur ini benar-benar sangat membantu.

Fitur lain yang tak kalah penting adalah Motion Adaptive Electronic Power Steering (EPS), Lane Watch, Hill Start Assist, Vehicle Stability Assist, dan Brake Override System. 

Pastinya tidak lupa juga kalau mobil ini sudah dibekali dengan fitur Honda Sensing.

Baca Juga: 

Penulis: Rizen Panji

Editor: Dimas

Rizen Panji

Pikirannya selalu dipenuhi oleh mobil buatan asal Jerman, Swedia, dan Prancis dengan tahun produksi di bawah 2000. Jangan lupa, mesin yang bersemayam di dalam kap mesin tentunya harus 6 silinder guna memompa adrenalin ketika mengendarainya

Related Posts