Berita Mobil

DFSK Siap Jualan Mobil Listrik di Indonesia, Limbah Baterai Bagaimana?

Mobil Listrik DFSK Glory E3 2

Mobil Listrik Glory E3 sebagai bukti inovasi teknologi DFSK. (Foto: Carmudi/Bajo)

Tangerang Selatan – PT Sokonindo Automobile selaku Agen Pemegang Merek (APM) mobil DongFeng Sokon (DFSK) telah menyatakan siap untuk memasarkan mengelola limbah baterai mobil listrik di Indonesia. Rencananya pabrikan mobil asal China itu akan meluncurkan DFSK Glory E3 sebagai mobil listrik pertamanya di Tanah Air. DFSK juga siap memproduksi mobil tanpa emisi itu secara lokal.

Tidak cuma itu saja, DFSK sendiri bahkan sudah memikirkan soal baterai mobil listrik yang sudah habis masa pakainya. Pihaknya sadar betul bahwa baterai bekas pakai mobil listrik adalah limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan manusia.

“Limbah baterai sangat jahat. Pada saat kami sudah mempersiapkan mobil listrik ini kami sudah persiapkan bukan hanya sekadar bagaimana menjualnya tapi juga after sales-nya bagaimana, bahkan sampai ke sisi keamanan dan limbahnya,” ujar Ricky Humisar Siahaan Deputy Product Division Head PT Sokonindo Automobile (DFSK) di GIIAS 2019, beberapa hari lalu.

Mobil Listrik DFSK Glory E3

Baterai mobil listrik DFSK Glory E3. (Foto: Carmudi/Bajo)

Bahkan nanti, lanjut Ricky ketika mobil listrik DFSK Glory E3 dipasarkan di Indonesia, pihaknya telah memiliki sebuah konsep di mana baterai bekas pakai bisa diberikan ke diler, sehingga pemilik kendaraan tidak khawatir.

“Yang perlu kami informasikan ke konsumen pada saat baterai sudah tidak digunakan atau bekas, maka pelanggan cukup datang ke diler resmi kami. Baterai akan kami terima untuk didaur ulang. Kami sudah persiapkan sampai ke situ. Jadi untuk konsumen jangan khawatir proses selanjutnya kami yang akan tangani,” jelas pria berdarah Batak ini.

Kesiapan Pemerintah Soal Limbah Baterai Mobil Listrik

Mobil Listrik DFSK Glory E3

Tampilan belakang mobil listrik DFSK Glory E3. (Foto: Carmudi/Bajo)

Terkait pengelolaan limbah baterai mobil listrik, memang butuh proses lanjutan yang sangat panjang. Tentunya campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan di sini.

“Jangankan cuma untuk persiapan daur ulangnya, kesiapan pemerintah juga dibutuhkan. Kalau pun pemerintah sudah siap mau enggak mau kami sudah harus siap. Penanganan baterai hampir mirip-mirip seperti oli yang harus didaur ulang juga, itu enggak jauh beda dengan baterai hanya penanganannya saja beda,” terang Ricky.

Sementara itu di China sendiri, DFSK menyerahkan permasalahan daur ulang limbah kepada perusahaan yang menyuplai baterai.

“Biasanya baterai bekas itu dikembalikan lagi ke perusahaan yang memproduksinya untuk didaur ulang,” pungkasnya. (dms)

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts