Berita Mobil Reviews Sumber informasi

Sensasi Trasmisi AMT Wuling Cortez, Saat Mendaki Gunung Bromo

Penulis: Fransiscus Rosano

Bromo – Punya ruang kabin luas, fitur berlimpah dan tampang atraktif, sepertinya sekilas semua terdengar sempurna pada Wuling Cortez. Namun bagaimana dengan transmisi i-AMT-nya?

Mungkin sepertinya bisa dikatakan seakan nekat, PT SGMW Motor Indonesia langsung membawa Wuling Cortez bertransmisi i-AMT ke salah satu jalur terberat. Yang mungkin tidak akan pernah dilewati sebuah Medium MPV seperti ini.

Ya, produk kedua Wuling Indonesia ini diuji mendaki salah satu pegunungan paling ternama di Jawa Timur yaitu Gunung Bromo. Lalu, bagaimana sensasi transmisi AMT-nya?

AMT = Manual + Modul

Pada dasarnya, transmisi AMT tidak sama dengan transmisi otomatis yang selama ini paling banyak digunakan di pasaran. Tak seperti pemindah gigi berdasarkan torque converter (otomatis konvensional). AMT atau Automated Manual Transmission memiliki basis bentuk persis transmisi manual.

Hanya saja, terdapat modul berisikan aktuator yang berfungsi sebagai kopling elektrik untuk memindahkan giginya. Sehingga, perpindahan giginya berdasarkan input elektronik. Alih-alih pada transmisi otomatis konvensional yang juga bergantung pada tekanan torque converter-nya.

Alhasil, waktu perpindahan transmisi AMT jauh lebih lambat dibanding transmisi otomatis konvensional. Meski biaya perawatan lebih hemat dan bahan bakar lebih irit jadi kelebihan yang terus dibanggakan dari jenis transmisi aneh ini.

Wuling Cortez

Rombongan test drive Wuling Cortez. Foto/Carmudi.

Tetap saja, Wuling Indonesia sepertinya sangat percaya pada kemampuan transmisi ini. Sampai-sampai pada 6 unit Cortez yang disediiakan untuk ajang Media Test Drive di Jawa Timur (6-9/3), semuanya bertransmisikan i-AMT.

Beda dengan Transmisi Otomatis Biasa

Masukkan gigi ke D, hal yang langsung terasa adalah cara mobil bergulir jalan yang berbeda dengan mobil bertransmisi otomatis biasanya. Bukannya putaran mesin naik ke atas 1.000 rpm secara konstan, tapi justru hanya sesekali menaikkannya ke 1.200 rpm. Setelah itu kembali menurunkannya.

Yup, seperti orang menginjak pedal gas sesaat di transmisi manual lalu membiarkan mobilnya berjalan.

Nah, momen “kikuk” baru Anda rasakan ketika terus menginjak pedal gas hingga 2.000 rpm. Tiba-tiba seakan input pedal gas hilang total dan pergantian gigi dilakukan secara otomatis.

Paling mudah membayangkannya, sensasinya seperti melakukan perpindahan gigi di transmisi manual saat berakselerasi agresif. Di mana akan terasa jeda saat kopling diinjak dan tuas transmisi dipindahkan.

Bedanya di AMT, dua proses tadi terjadi secara otomatis, sehingga jeda jauh lebih terasa dan seperti ada feel “kosong” ketika perpindahan gigi terjadi.

Saat ketika menginjak pedal gasnya cenderung bertahap atau perlahan. Memang rasa “kosong” yang membuat badan pengemudi sesaat maju saat gigi berpindah tidak terlalu terasa. Bila dibanding Suzuki Ignis atau Karimun Wagon R dengan transmisi AMT. Ya mungkin ini juga bisa berpengaruh dengan berat dan desain bodi.

Namun apakah masih terasa jedanya? Jelas. Semakin keras berakselerasi, feel jeda kosong tadi akan semakin terasa dan cenderung mengganggu.

Untungnya, kami juga mencoba duduk sebagai penumpang di baris kedua dan ketiga Cortez ini dan dapat kami katakan. Rasa tersebut tidak terlalu terasa apalagi mengganggu selain oleh sang driver sendiri.

Apakah mengganggu? Hanya apabila ini pengalaman pertama anda dengan AMT. Atau sebelumnya baru saja mengemudikan mobil dengan transmisi otomatis konvensional.

Di kecepatan menengah sampai tinggi, transmisi ini sama sekali tidak terasa mengganggu. Selama tidak menginjak pedal gas dengan agresif, rasanya seperti cruising santai dengan mobil bertransmisi manual saja.

Ada Triknya Tersendiri

Ingat! Cara kerja transmisi AMT berbeda total dengan bagaimana sebuah torque converter AT atau CVT berfungsi. Atas dasar itu, jelas anda harus memperlakukannya dengan cara berbeda.

Test Drive Wuling Cortez

Tak berbeda dengan model lain dengan transmisi jenis ini, rasa “kikuk” di Wuling Cortez pun dapat dihindari.

Caranya, Anda harus memprediksikan kapan gigi akan berpindah secara otomatis. Pada Cortez, biasanya gigi akan otomatis berpindah dengan input gas standar ketika mencapai putaran 2.000 rpm di mode ECO. Dan mencapai 4.000 rpm di mode SPORT.

Nah, saat akan terjadi perpindahan, sebaiknya lepas injakan pedal gas untuk meminimalisir rasa “kosong” yang terjadi. Memang tetap tidak semulus transmisi otomatis konvensional. Akan tetapi kami jamin akan membuat perpindahan giginya terasa jauh lebih baik.

Atau seperti natural habitat transmisi AMT ini yang adalah manual. Dengan menggeser tuas transmisi ke kiri untuk memindahakan giginya secara manual juga bisa jadi siasat.

Ketika Anda ingin menaikkan giginya dengan menggeser tuasnya ke atas, jangan lupa untuk melepas pedal gasnya terlebih dahulu.

Lakukan Ini Saat Tanjakan

Perlu diketahui juga, kelemahan utama transmisi AMT adalah ketika ingin berakselerasi dari diam di tanjakan. Coba lepas pedal gas mobil bertransmisi otomatis konvensional di tanjakan. Maka karakter planetary gear secara natural akan berusaha menahan mobil dari menggelinding dengan tetap berputar.

Drive Wuling Cortez

Sebaliknya, AMT akan terasa seperti mobil bertransmisi manual yang ada di gigi netral. Dan berusaha untuk masuk ke gigi 1 saat pedal rem dilepas dan pindah ke pedal gas.

Alhasil, mobil akan menggelinding cepat saat pedal rem dilepas dan kadang membiarkan mobil turun ke jarak yang cukup jauh. Sebelum akselerasi dari pedal gas akhirnya bisa keep up.

Injak pedal rem bersamaan dengan pedal gas? Tidak akan berhasil, karena mesin akan hampir stall (mati). Seakan pedal kopling yang dilepas terlalu cepat.

Untungnya, Wuling Cortez memiliki fitur AVH (Automatic Vehicle Holding) yang sangat membantu ketika bertemu situasi seperti ini.

AVH atau sering ditemukan dengan nama seperti Brake Hold, akan menahan rem Wuling Cortez ini secara otomatis ketika pedal remnya diinjak hingga berhenti. Akan muncul notifikasi AVH telah aktif di MID, sehingga mobil tidak akan menggelinding saat berhenti di tanjakan, turunan atau di situasi apapun.

Bila AVH aktif, berakselerasi dari diam di tanjakan tidak akan jadi masalah. Karena saat berpindah ke pedal gas, mobil masih dalam keadaan diam.

Oh ya, Cortez pun masih menyediakan fitur HHC (Hill Hold Control) atau yang lebih familiar dengan nama Hill Start Assist. Ini untuk menahan pedal rem beberapa detik ketika tanjakan terdeteksi.

Mode Sport Juga Bisa

Sedangkan untuk terus menghantam rute penuh dengan tanjakan, tak bisa sembarang memasukkan gigi ke D lalu injak pedal gas.

“Mode ECO akan menahan putaran mesin hingga rpm tertentu. Sehingga ketika kita ingin kickdown namun saat gigi turun akan melewati batas rpm tersebut, gigi tidak akan turun,” jelas Arief Ramadhi, Product Planning WMI.

Terbukti saat kami mencoba menaklulkkan liuk-liuk tanjakan tiada henti ketika menuju Pegunungan Bromo. Transmisi menolak untuk turun gigi meski kami terus-terusan menginjak pedal gas lebih dalam bahkan hingga mentok. Ketika terlihat di takometer putaran mesin ada di 2.500-an rpm di gigi dua (mode ECO – D).

Alasannya karena bila turun gigi, putaran mesin akan mencapai sekitar 4.500-an rpm yang sudah ada di luar batas yang diperbolehkan mode ECO. Karena itu meskipun mobil sudah struggling, gigi tidak akan turun.

 Wuling Cortez

Jelas keadaan ini akan cukup membahayakan dan membuat pengemudi menganggap Wuling Cortez ini tidak kuat menanjak.

Triknya, cukup pindahkan tuas transmisi ke manual dan turunkan gigi secara manual ke 1. Tak masalah, mobil akan kembali menanjak dengan santai.

Bahkan, trik ini dilakukan oleh 90 persen rombongan Wuling Media Test Drive selama menaklukkan tanjakan di pegunungan Bromo. Sisa 10 persennya?

Ternyata menggunakan mode SPORT di D pun juga tak masalah. Karena di sini putaran mesin masih mau untuk berteriak hingga red line sebelum akhirnya menaikkan gigi.

Kesimpulan

Harus dikatakan, kami sangat salut dengan bagaimana Wuling Cortez ini sanggup menaklukkan setiap tanjakan yang kami temukan.

Ingat, jalur daki ke Pegunungan Bromo bukan sekadar tanjakan yang ditemukan ketika hendak pergi keluar kompleks perumahan Anda. Nope, tanjakan 40 derajat pun tak jarang ditemukan di sini dan Cortez yang  menggunakan penggerak roda depan ini masih sanggup melewatinya.

Tentu bukan tanpa kendala. Sesekali, rombongan Cortez ini juga menemukan masalah. Misalnya saat tanjakan ekstrem dan bertemu u-turn tajam. Karena mengambil terlalu dalam, traksi ban belakang menjadi sangat minim dan membuat ban depan spin terus-terusan.

Namun di akhir hari, semua perserta Wuling Cortez Media Test Drive ini sanggup masuk ke lingkungan Pasir Berbisik Bromo. Menikmati indahnya pemandangan gunung yang berjejer di jam 6 sore.

Siapa bilang mobil keluarga berpenggerak roda depan dengan transmisi AMT tidak bisa diajak melalui jalur ekstrem? (dol)

Data Spesifikasi Wuling Cortez:

Mesin  LJ479QNE2
Jumlah Silinder  4, Segaris
Teknologi Mesin  DOHC, VVT-iTECH
Kapasitas Mesin  1.798 cc
Tenaga Maksimum  129 hp @ 5.600 rpm
Torsi Maksimum  174 Nm @ 3.600-4.600 rpm
Layout Mesin  Mesin Depan Penggerak Roda Depan
Transmisi  Manual 6-Percepatan / AMT 5-Percepatan
Kapasitas Tangki  52 liter
Panjang  4.780 mm
Lebar  1.816 mm
Tinggi  1.755 mm
Wheelbase  2.750 mm
Radius Putar  5,6 m
Sistem Kemudi  Electric Power Steering
Suspensi Depan  MacPherson Strut, Independent Suspension
Suspensi Belakang  Coil Spring, Semi-Independent Suspension (1.8C) / Independent Suspension (1.8L)
Rem Depan/Belakang  Cakram/Cakram dengan ABS, EBD, BA, HHC, AVH, ESC
Ban  205/55 R16 Goodyear Assurance

Dony Lesmana

Dony Lesman memulai karirnya di dunia jurnalis di Jawa Pos Surabaya 2003. Hijrah ke Jakarta bergabung di majalah Otomotif Ascomaxx dan Motomaxx di 2010. Sempat bergabung di portal berita Sindonews.com di kanal Autotekno hingga 2016 yang mengupas perkembangan otomotif dan teknologi. Terhitung Januari 2017 masuk sebagai tim Journal Carmudi Indonesia yang mengulas dan mempublikasikan berita-berita otomotif terbaru di Indonesia maupun dunia.

Related Posts