Reviews

(Test Drive) Menjajal 5 Model Porsche di Akhir Tahun, Mana yang Terbaik?

Sebelum sukses membangun reputasi Rauh-Welt Begriff, Akira Nakai mengisahkan dia sangat terinspirasi dengan Porsche 911. Pemilik tuning house Porsche dengan ubahan widebody yang khas itu, begitu terobsesi dengan 911 di masa kecilnya. Sama halnya dengan tuner spesialis Porsche lainnya, Magnus Walker.

911 bisa dibilang adalah model paling ikonik yang pernah dilahirkan Porsche. Dari semua Porsche, 911 juga menjadi favorit kami. Inilah yang menjadi obsesi tersendiri ketika Carmudi Indonesia mendapat undangan Porsche Driving Experience 2015 pada Jumat (11/12), dari Porsche Indonesia (PT Eurokars Artha Utama).

Meski bukan ajang driving test seakbar Porsche World Roadshow 2015 beberapa waktu lalu di Sentul, berkesempatan mencoba langsung 911 sebelum model barunya meluncur tahun depan, tentu akan menjadi pengalaman tak terlupakan.

Bertempat di sekitar kawasan BSD, ‘garis Start’ Porsche Driving Experience 2015 dilakukan persis di depan Hotel Santika Premiere, bersebelahan dengan venue ICE BSD City. Dengan rute mengelingi kawasan BSD yang relatif luas, ada sekitar enam mobil yang disiapkan Porsche Indonesia, dua unit Panamera S, satu 911 Carrera Turbo, satu 911 Carrera GTS Cabriolet, satu Macan dan Cayenne S E-Hybrid.

Sesuai urutan yang dibuat Porsche Indonesia, alih-alih menjajal 911, kami harus puas sementara berada di dalam Panamera. Dan bukannya di kursi pengemudi, melainkan di jok belakang karena belum mendapat giliran menyetir. Di depan, ada jurnalis media lain yang didampingi instruktur. Okay, then.

PicsPlay_1449909335041

Menjajal ‘Baby Cayenne’, Porsche Macan

Takdir kemudian memilih Macan sebagai model pertama Porsche yang harus dijajal. Kali pertama berada di balik kemudi sebuah Porsche yang siap dites, aura mobil sport yang berpadu dengan karakter SUV mewah langsung terasa.

Pertama menginjak gas, akselerasi mobil untuk ukuran sebuah SUV, sangat responsif. Berbekal mesin V6 3.000cc yang dikawinkan dengan transmisi PDK tujuh percepatan, semua model Macan sudah menggendong turbocharger, bahkan untuk varian terbawah Macan S.

Mendapat giliran menyetir kurang dari 10 menit di kawasan yang terhitung padat, alhasil tak banyak pengalaman mengemudi yang dirasakan dan mencoba fitur-fiturnya. Kami hanya bisa sesekali menginjak gas cukup dalam tanpa terlalu memperhatikan jarum spidometer.

Kabin Porsche Macan terasa sangat fokus pada pengemudi, meski mobil ini masuk dalam segmen SUV mewah dibawah Porsche Cayenne. Akselerasinya dahsyat dengan tata letak interior aduhai. Perpindahan giginya juga terasa sangat halus. Catatan yang diklaim Porsche, bisa mencapai 100 km/jam dari posisi diam dalam sekitar 4,6 detik.

Duduk di jok pengemudi Porsche Macan terasa sangat berbeda dengan SUV mewah lainnya. Tak heran Macan begitu digemari di Tanah Air dan menjadi model terlaris Porsche saat ini.

Akhirnya, Si Ikonik dan Legendaris 911 Carrera Turbo

Berpindah dari jok nyaman Porsche Macan yang ke 911 Carrera Turbo yang merupakan mobil sport sesungguhnya, sangat terasa perbedaannya. Jok bucket seat-nya terasa memeluk dan nyaman dengan visibilitas optimal. Dari semua mobil tes yang tersedia, 911 Carrera Turbo adalah yang terkencang.

PicsPlay_1449909371969

Pertama menginjak gas di mode pengemudian ‘Sport’, dari putaran bawah, torsi besar dari mobil sudah terasa dengan raungan mesin gahar. Akselerasi 911 Carrera Turbo begitu menghentak. Rasanya kaki tak ingin dilepas dari pedal gas. Tak ada tenaga yang hilang dari perpindahan gigi halus lewat transmisi dual-clutch PDK tujuh percepatan.

Handling mobil ketika menikung maupun melakukan putar balik arah, sangat luar biasa. Tak heran 911 sedari awal generasinya disebut sebagai salah satu mobil paling menyenangkan untuk dikendarai.

Di kecepatan tinggi, mengoperasikan paddle shift membuat akselerasi mobil terasa lebih spontan. Ini juga berfungsi untuk fungsi engine brake, demi membantu pengereman ketika diharuskan memperlambat mobil dari kecepatan tinggi di jarak yang sempit.

Di jalanan bergelombang, berada di mode Sport membuat suspensi lebih kaku ketimbang di mode normal. Selain itu karena mayoritas mobil Porsche dalam ajang kali ini didatangkan langsung dari Singapura, tidak ada fitur Air Suspension untuk mengatur tinggi rendahnya ground clearance. Alhasil ketika melewati gundukan tanggul yang cukup tinggi, harus mengambil jalan sedikit miring karena profil mobil yang rendah.

Kami sempat menjajal launch control pada jalanan lurus dari posisi diam. Dan benar saja, 0-100 km/jam dapat ditempuh hanya dalam beberapa detik. Porsche mengklaim berbekal mesin boxer twin turbo 3.800cc flat-six dengan 540 tenaga kuda dan penggerak semua roda, 0-100 km/jam bisa ditembus 911 Carrera Turbo dalam 3 detik saja.

Lagi-lagi, sesi pengemudian hanya berlangsung sekitar 15 menit karena harus berganti mobil dan kepuasan batin tertahan karena jalanan yang mulai padat memasuki sore hari.

Porsche Cayenne S E-Hybrid yang ‘Habis baterai’

Cayenne menjadi mobil selanjutnya. Meski kami sempat berharap urutan berikutnya adalah 911 Carrera GTS, untuk membandingkan langsung performanya dengan 911 Carrera Turbo. Cayenne memang SUV yang sangat nyaman dan mewah. Dan itu langsung terasa ketika memasuki ruang kabin dengan penataan dan penggunan material kelas atas di semua titik.

Tetapi soal tenaga, versi Hybrid ini terasa sangat lagging di putaran bawah. Begitu menginjak gas, ada lag yang sangat terasa, sama sekali berbeda dibanding dua mobil sebelumnya.

Meski handling-nya terasa mantap yang menjadi ciri khas sebuah Porsche, sama sekali tidak terasa seperti mengendarai SUV yang dijejali mesin V6 3.000cc dengan total output 380 tenaga kuda. Usut punya usut, baterai mobil ini habis sehingga tenaganya tak lagi dibantu dengan motor listrik dan hanya mengandalkan mesin bensin. Pantas saja.

Carrera GTS yang Jadi Pusat Perhatian

Selain 911 Carrera Turbo, ini adalah mobil yang paling ditunggu. Mengapa? Karena ini adalah varian cabriolet. Pengalaman menyetir Porsche dengan atap terbuka pasti sangat berbeda. Bakalan masuk angin, nih!

Memasuki ruang kabin sambil berharap tidak turun hujan, karakter sebuah mobil sport sesungguhnya langsung muncul. Beberapa titik kabin sudah mengadopsi material serat karbon dengan kemudi berlapis suede. Penataan letaknya sama persis dengan Turbo, tetapi dengan aksen warna monokrom sementara Turbo two-tones. Di tengah dasbor, ada indikator lap timer yang bentuknya seperti pocket watch.

PicsPlay_1449909380983

Pertama menginjak gas, deru knalpot langsung menggelegar dengan spoiler belakang yang bergerak aktif. Dari model lainnya yang diuji, raungan Carrera GTS adalah yang paling gahar karena mesinnya naturally aspirated. Bahkan jika dibandingkan dengan Turbo sekalipun.

Meski tenaganya lebih kecil ketimbang Turbo, namun dari dari putaran bawah torsi besar langsung muncul. Akselerasinya terasa sangat cepat di jalanan lurus. Berbekal mesin 3.800cc dengan 430 tenaga kuda, Porsche mengklaim 0-100 km/jam bisa ditempuh dalam sekitar 4 detik lewat transmisi dual-clutch tujuh percepatan PDK.

Dengan power steering elektrik, handling mobil terasa mantap ketika berbelok dengan tajam. Dengan mode ‘Sport’, di kecepatan tinggi mobil terasa lebih stabil berkat pengaturan suspensi yang lebih kaku.

Raungan knalpot yang berisik dengan atap terbuka, membuat 911 Carrera GTS menjadi pusat perhatian di jalan. Dari semua model Porsche yang dites, menurut kami 911 Carrera GTS adalah yang paling asyik dikendarai dan sementara 911 Carrera Turbo lebih mantap untuk diajak berlari.

Panamera, Mobil yang ‘Dibenci’ Penggila Porsche Sejati

Ketika Panamera meluncur pertama kali, Porsche dianggap mengecewakan penggemar sejatinya. Ini karena mobil mengadopsi bentuk bodi yang berlawanan dengan sejarah panjang Porsche sebagai brand mobil sport ikonik. Sama seperti ketika mereka pertama kali meluncurkan Cayenne.

Sempat berada di jok penumpang belakang, membuat saya merasakan betul kemewahan dan kenyamanan Panamera. Material kulit mewah membalut seluruh interior yang lapang, dengan fitur-fitur khas kaum jet-set. Ruang bagasi mobil juga sangat luas dan mudah diakses.

Di kabin pengemudi, jok terasa memeluk badan dengan posisi mengemudi yang mantap. Kemudi terasa nyaman digenggam dengan visibilitas baik, meski bodi mobil cukup panjang. Pertama menginjak gas Panamera tak ubahnya seperti model kupe Porsche. Sangat responsif. Meski Panamera adalah sedan dengan bodi bongsor, pengemudian tidak terasa limbung bahkan ketika menikung dan putar balik arah.

Perbedaan kenyamanan ketika berada dalam mode ‘Sport’ sangat terasa. Handling mobil lebih baik dengan bantingan suspensi yang lebih kaku, meski opini tentu akan berbeda untuk mereka yang duduk di belakang. Panamera S dijejali mesin V6 3.000cc yang memuntahkan sekitar 420 tenaga kuda.

Porsche Driving Experience 2015 di BSD yang berlangsung dari 11-13 Desember 2015, adalah bagian dari program Porsche global yang diselenggarakan di seluruh dunia. Publik diberi kesempatan menjajal langsung lini mobil terbaik pabrikan ikonik Jerman itu pada akhir pekan ini.

PicsPlay_1449909358384

Wahyu Perdana Putera

Berkarir di sejumlah online media sejak 2012 sebagai jurnalis teknologi, sains dan otomotif, kini di Carmudi Indonesia sejak Juli 2015 untuk mengulas & mempublikasikan kabar otomotif terkini dari perspektif lain. Menggilai mobil retro era '80-90an, modifikasi & kultur balap jalanan Jepang serta hobi modifikasi dengan aliran oldschool brutal seperti Shakotan, Kyusha & Kaido Racer. Email: wahyu.perdana@carmudi.co.id
Follow Me:

Related Posts