Berita Mobil Sumber informasi

Susul Wuling dan DFSK, Ini Merek Mobil China yang Akan Melenggang di Indonesia

wuling suv di giias 2018

Boujun E100, mobil listrik yang juga akan di jual di Indonesia. Foto/Carmudi.

Jakarta – Era kendaraan ramah lingkungan mulai dari hybrid hingga listrik sudah didepan mata. Pemerintah Indonesia sekarang ini sudah menyiapkan peta jalan pengembangan kendaraan emisi karbon rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV).

Pengembangan LCEV ini meliputi Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KB2H) atau lebih dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC), Electrified Vehicle (kendaraan listrik) dan Flexy Engine (kendaraan dengan bahan bakar fleksibel/alternatif).

Dalam upaya mendukung pengembangan program LCEV, sejumlah produsen otomotif di dalam negeri menyatakan kesiapannya, bahkan sudah ada yang melakukan proyek percontohan untuk kendaraan listrik. Adapun produsen otomotif yang dimaksud adalah Toyota Indonesia, Mitsubishi Indonesia, Astra Honda Motor, dan Wuling Motors Indonesia.

“Jika mereka melakukan prototyping dan proyek percontohan, itu berarti mereka berkomitmen untuk investasi lebih lanjut,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dalam keterangan resminya.

Menurut Airlangga, pengembangan itu tergantung pada hasil prototipe dan kesuksesan investasi mereka di pasar domestik. “Beberapa dari mereka akan melakukan pre-marketing project, karena EV harganya 30-50 persen lebih mahal dari kendaraan mesin konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE),” tuturnya.

Pemain dari China

Mengenai pengembangan kendaraan listrik ini, akan ada pemain baru dari China yaitu BYD Company. Seolah ingin menyusul Wuling Motors dan DFSK, BYD berminat untuk berinvestasi di Tanah Air. Rencananya, BYD bakal melakukan pilot project di bidang commercial vehicles seperti bus.

“Tetapi tergantung pasarnya, kalau produsen lain, seperti Wuling dan DFSK sudah punya fasilitas sehingga lebih mudah bagi mereka untuk investasi di kendaraan listrik ini,” terang Menperin.

Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, akan menjadi peluang besar karena industri otomotif di dalam negeri telah memiliki struktur manufaktur yang dalam, mulai dari hulu sampai hilir. “Misalnya, kita sudah punya bahan baku seperti baja, plastik, kaca, ban, hingga engine yang diproduksi di dalam negeri. Lokal konten rata-rata di atas 80 persen. Ini yang menjadi andalan ekspor kita,” ungkap Menperin.

Mobil Listrik BYD

Mobil Listrik BYD (Foto: Carsifu)

Di samping itu, potensi industri otomotif di Indonesia cukup besar, dengan jumlah produksi mobil yang mencapai 1,34 juta unit sepanjang tahun 2018. Saat ini, empat perusahaan otomotif besar telah menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global. Bahkan, telah memiliki ekosistem yang menyerap banyak tenaga kerja.

Penyusunan Perpres

Pemerintah serius mematangkan penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai program percepatan pengembangan kendaraan listrik. Guna mengakselerasinya, pemerintah menyiapkan fasilitas insentif fiskal dan infrastruktur agar para pelaku industri otomotif tertartik untuk investasi.

“Perpres sebagai payung hukum sedang diformulasikan terutama mengenai persyaratan yang akan menggunakan fasilitas insentif. Dalam implementasinya, pada tahap awal akan diberlakukan melalui bea masuk nol persen dan penurunan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor listrik,” kata Menperin.

Pemerintah menargetkan sebanyak 20 persen dari total produksi kendaraan baru di Indonesia sudah berteknologi tenaga listrik pada tahun 2025. Ini guna mendukung komitmen Pemerintah Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) sebesar 29 persen pada 2030.(dol)

Santo Sirait

Santo Sirait sebelumnya Jurnalis di Okezone.com, pindah ke Carmudi.co.id sebagai Reporter pada November 2017. Fokus di sektor otomotif, terutama meliput tentang mobil, motor dan industri otomotif. Santo dapat dihubungi di santo.evren@icarasia.com

Related Posts