Komersial

Tekan Truk Overload, Kemenhub Rancang Jembatan Timbang di Gerbang Tol

Jembatan timbang untuk truk akan dibangun di tol oleh Kemenhub. (Foto: jembatantimbangindonesia)

Tangerang – Kelebihan muatan masih menjadi kisah klasik dunia logistik di Indonesia. Truk dipaksa mengangkut muatan dengan bobot 50% lebih berat dari yang direkomendasikan. Untuk menekan jumlah truk yang overload terutama di jalan tol, Kementerian Perhubungan sedang menyiapkan rancangan konsep jembatan timbang.

Budi Setiyadi Diretur Jenderal Perhubungan Darat menjelaskan, jembatan timbang ini nantinya akan dipasang tepat di gerbang tol. Apabila truk yang lewat itu kelebihan muatan, akan mendapat tindakan langsung. Truk dilarang melewati jalan tol apabila kelebihan bobot muatan.

“Di gerbang tol akan dipasang semacam ‘jembatan timbang’ untuk mencegah truk overload. Pemerintah sekarang ini sedang gencar mengajak budaya keselamatan di negara kita. Indonesia negara yang angka kecelakaannya cukup tinggi, dalam satu jam, 2-3 orang tewas karena kecelakaan,” jelas Budi.

Menanggapi soal kasus kecelakaan truk tanah di Tol Cipularang beberapa waktu lalu, Budi mewakili pemerintah akan menyelidiki lebih lanjut. Kasus truk yang overload akan ditelusuri hingga ke pemilik truk, diler, dan karoseri yang merancang bak overload. Menurutnya, kelebihan muatan bukan sepenuhnya salah dari pengemudi.

“Kita juga kurang secara kualitas SDM bidang transportasi darat. Pengemudi butuh skill, knowledge, attitude, dan pengetahuan regulasi. Kalau enggak tahu regulasi, merasa benar terus di jalan,” tambah Budi.

Pengemudi Truk Overload Korban Manajemen Transportasi yang Amburadul

Demi menekan ongkos produksi, pengusaha angkutan tak jarang memaksa armada truk mereka supaya overload. Selain itu, mereka juga menerapkan pembayaran secara ritase. Semakin sering pengemudi bolak-balik mengangkut muatan, maka bayaran yang diterima semakin besar.

Sistem seperti ini ternyata tidak memperlakukan pengemudi secara layak. Kesejahteraan dan attitude pengemudi truk sering dianggap sebelah mata oleh para pengusaha truk. Ini membuat kecelakaan seperti di Tol Cipularang beberapa waktu lalu bisa kembali terulang.

“Untuk kasus di Cipularang, saya lihat pengemudinya enggak diperlakukan sebagai layaknya pegawai. Mereka itu pada geletakan begitu saja di pool-nya. Butuh manajemen dalam transportasi dan pengemudi butuh juga di-maintain. Untuk membentuk attitude itu susah, butuh suatu proses,” ujar Budi.

Menurut Budi, pemerintah melalui pembangunan infrastruktur yang baik juga menjadi upaya memberikan penghargaan terhadap pengemudi truk dan pengguna jalan. Untuk meningkatkan keselamatan di jalan, Budi pun meminta peran serta pengusaha truk untuk menciptakan suatu ekosistem usaha transportasi darat yang berkelanjutan.

Dengan infrastruktur yang bagus, ini adalah bentuk penghargaan kita kepada pengemudi. Bukan hanya untuk pengemudi saja yang perlu diperhatikan, tapi juga sistem manajemen seperti gaji dan perawatan kendaraan supaya sustain,” ucapnya.

 

Penulis: Yongki Sanjaya

Editor: Dimas

Baca Juga:

Sasis Truk di Indonesia Paling Kuat di Dunia, Kok Bisa?

Tutus Subronto

Tutus Subronto memulai karirnya di dunia otomotif sebagai jurnalis di Media Indonesia. Sejak 2008, telah meliput beragam kegiatan otomotif nasional. Terhitung Januari 2014 masuk sebagai tim Content Writer di Carmudi Indonesia. Kini terlibat di tim editorial Journal Carmudi Indonesia untuk mengulas dan publikasikan berita-berita otomotif terbaru. Email: tutus.subronto@icarasia.com

Related Posts